Welcome To My Blog


Jumat, 13 Desember 2013

2014 Wish

.

Aku melirik sebal kearah cowok disebelahku, dia terus saja menghalangi jalanku, seolah-olah ini jalan miliknya yang dapat dinikmatinya seorang diri. “permisi, bisa minggir sedikit saja?”. ucapku sehalus mungkin, berusaha menyembunyikan nada jengkelku. Tapi ia masih tetap saja menghalangi jalanku setelah 3 kali aku mengulangi kata-kataku. “mas, tolong minggir sedikit, saya butuh jalan!! Mas ini budek atau gimana sih?!!”aku melengos dan menabrak bahunya dengan keras. Aku melihat orang-orang disekitarku menatapku dengan kesal dan marah. Hey! Seharusnya mereka marah pada lelaki ini, bukan padaku. Dasar orang-orang aneh! Aku melirik jam tanganku, aku akan terlambat kali ini!. Aku berlari dengan cepat menuju gedung pertunjukan, aku harus cepat, sebelum Mr. Brian marah-marah dan tidak akan menunjukku lagi menjadi pemain utama pertunjukan nanti jam...oh shitt! Sekarang sudah akan dimulai. Aku mempercepat lariku tanpa memedulikan orang yang menatapku dengan bingung. Sebentar lagi...sebentar lagi Viorta, kau akan menjadi pemain terhebat hari ini dan akan menjadi pusat perhatian. Aku melihat pintu pertunjukan tepat didepanku. Tapi tak berapa lama....BUKKK..aku merasa menabrak sesuatu yang cukup keras dan terjatuh kebelakang. “aduh...pantatku...kakiku..aduh...dadaku, panasss!!”aku mengeluh beberapa kali, kulihat bajuku kotor dan dadaku terasa panas. Baju pentasku? tidak! Apa ini ? oh my God! Itu kopi panas!!. “apa yang kau lakukan pada bajuku? Kau tak tau, hari ini aku akan mengikuti pertunjukan besar?! Tapi apa yang kau lakukan? Kau menghancurkan semuanya!!”. Suaraku meninggi. “tunggu dulu, aku sepertinya mengenalimu.ah! kau orang yang di halte tadi, apa kau tidak bisa berhenti membuat pagiku senang sedikit?!”. Aku mengambil nafas panjang. Mencoba menenangkan diri. Dia kelihatan bingung atas perkataanku. Membuat aliran darahku semakin naik. Tapi dengan lirih aku bisa mendengar dia berbicara sesuatu. “ma...af”. “apa? maaf? maaf saja tak cukup bagiku! Apa maaf bisa mengembalikan bajuku bersih seperti semula? Apa bisa membuat dadaku tidak melepuh? Apa bisa membuat sekujur tubuhku tidak sakit seperti semula?!”. Emosiku kembali tersulut. “ma....af”. ia mengucapkannya dengan terbata-bata. Ia mengambil sesuatu di saku celananya dan menyerahkan sapu tangannya padaku. “tidak, terima kasih. Aku hanya ingin kau tidak muncul kembali di hadapanku dan merusak hariku”. Aku bergegas berlari meninggalkannya, namun aku merasa ada tangan besar menarik lenganku. Sontak aku menoleh dan melihat lelaki itu meletakkan sapu tangan dalam genggaman tanganku. Ia menepuk pipiku dengan lembut dan menatap mataku dengan senyumnya yang tulus, indah dan...tampan! lalu pergi dengan langkah santai. ® “tidak....hikk...ini..hikk..sangat tidak mungkin...!!”. aku menangis tersedu-sedu, mengingat 3 jam yang lalu, ketika aku memasuki pertunjukan dan aku melihat pertunjukan sudah dimulai. Bagaimana bisa? tanpa peran utama? Namun aku melihat Nara memasuki panggung dengan baju pentas yang lebih indah dariku dan memasang senyum kemenangan dibibirnya. Nara! Sifatmu tidak berubah! Ah, aku ingat, kemarin kau telah memutar jam bekerku lebih siang dan sengaja mengajaku jalan-jalan hingga malam, dan..oh apakah telepon malam-malam itu juga skenariomu? Kau benar-benar licik Nara. Aku melihat adegan demi adegan dengan menahan air mata yang berdesakan ingin keluar. Seharusnya aku yang ada diatas sana, seharusnya aku yang bergandengan dengan Vino, yang berperan sebagai kekasihku didalam panggung, maupun dikehidupan nyata. Seharusnya aku yang mendapat sambutan meriah itu, seharusnya aku yang mereka foto, seharusnya.... ”arghhh....!!!”aku menjambak rambutku dengan keras agar sakit hati ini lebih terimbangi dengan sakit dikepalaku. Pikiranku kembali ketika pertunjukan usai, Mr. Brian marah besar dan sangat kecewa denganku. Aku tidak tau apakah aku akan tetap bisa bertahan setelah ini. Aku hanya mendengarnya dengan menunduk, menyembunyikan air mataku. Ketika aku meninggalkan tempat itu, Vino menghampiriku dan memutuskan hubungannya denganku tanpa sebab, dan disusul dengan Nara yang bergelayut mesra dilengan Vino. “PLAKK!!!” aku mendaratkan tamparan cukup keras pada Vino. Aku melihat darah segar di ujung bibirnya yang indah. Bagus, setidaknya itu lebih ringan daripada sakit hatiku sekarang ini, cowok tidak tahu diuntung!. Nara terlihat tidak suka dengan tindakanku dan akan membalasku ketika aku mendahuluinya dengan tamparan cukup keras. Kita seimbang cewek ganjen!. Aku berlari, terus berlari hingga sampai ditaman ini. Menangis sampai sakit hati ini hilang. “jang..an men..ang..iss”. aku menoleh mendengar suara yang aneh serta tidak jelas disampingku dan melihat cowok tadi pagi menyodorkan saputangan tanpa menoleh ke arahku. Aku mengambil sapu tangan ditangannya dan mengelap seluruh mukaku yang basah. “cita-cita hilang, orang yang kita cintai meninggalkan kita begitu saja, sahabat yang kita percaya menghianati kita, sakit sekali rasanya”. Aku mengepalkan tangaku dan memukul dadaku sendiri. Cowok itu menatapku dengan bingung. “sakit sekali!! Nara, kau tau aku menginginkan peran itu, tapi kau merebutnya, kau juga tau aku sangat mencintai Vino sejak aku SD, tapi kau merebutnya juga, kau merebut semua yang kumiliki!. Naraa...taukah kau...ahhhhh ”.aku menjerit dan menangis sejadinya dengan memukul tanganku lebih keras dari sebelumnya ke dadaku. Tak diduga tubuhku telah bergeser posisi, aku mencium aroma musk, dan baru menyadari bahwa aku ada dalam pelukan tubuh maskulin cowok itu. Aku mencoba melepaskan diri, namun ia semakin mengencangkan pelukannya “tak...aa..pa..”. aku sadar aku menangis dengan keras dan menyedihkan dipelukan cowok yang tidak kukenal itu, tetapi aku merasa nyaman. Nyaman sekali. ® “aduh...maaf, ah...aduh..duh...” aku berusaha melewati desakan orang-orang yang berebut ingin menaiki bus. namun seberapa cepat aku berlari, seberapa banyak aku menabrak orang disekitarku, Bus itu telah meninggalkanku dengan menyisakan asap kenalpotnya. “ah...!! siall !! sialll!!”. Aku mencak-mencak sendiri dan baru menyadari ada sesorang yang melihat tingkahku yang aneh. “ah...kau rupanya, 2 minggu yang lalu...terima kasih.” Aku menunduk malu. “hem...” ia mengangguk dengan 1 anggukan. Aku meliriknya dari ujung mataku. Penampilannya sangat sederhana dengan celana jins dan hem warna merah, namun ia terlihat sangat mempesona. Aku pun menunggu bus selanjutnya tanpa percakapan diantara kami. “pagi, Aldo. Kau sangat tampan pagi ini.” Sapa perempuan gemuk di depan kami, diikuti sapaan dan senyuman orang-orang disekitar kami, rupanya semua orang disini telah mengenal cowok ini. “oh! Bukannya perempuan ini yang waktu itu berkata lancang padamu kira-kira 2 minggu lalu?”. Tuduh wanita itu dengan tatapan tajam ke arahku dan ah! Kenapa wanita itu menggunakan tangannya untuk berbicara dengan Aldo? “ti...dak, di..a te....man sa..ya (tidak, dia teman saya)”. balasnya dengan menggerakkan jari-jarinya ketika berkomunikasi. Hey, ada yang aneh disini. “oh. Begitu, sepertinya kau harus berhati-hati dengan ucapanmu, nak. Kau tau ia tidak bisa mendengar, namun kau dengan mudahnya berkata seperti itu.” Wanita itu berkata dengan nada kesal dan berlalu begitu saja. Apa? kenyataan itu telak menghantamku. “apa benar kau....?” “ya”. Ia menganggukan kepala. “jang an..terl..alu...i..pi..kir.an..a..u..sud..ah..mel..upakan..nya (jangan terlalu dipikirkan aku sudah melupakannya). ”ia menggerakkan jari-jarinya. “bodoh...dasar kau bodoh viorta!!!”aku merutuki diriku sendiri. “a...yo, b..us nya su...dah dat..ang..”. (ayo, busnya sudah datang) Aldo berjalan kedepanku, akupun mengikutinya dari belakang dengan masih merutuki diri. ® 2 bulan sudah aku mengenal Aldo, aku semakin akrab dengannya, ia bukan hanya baik dan tampan, ia juga sangat rendah hati dan menyenangkan. Setiap hari ia selalu menjemput dan mengantarku kesekolah (baca: naik bus). semenjak mengenal Aldo, aku menjadi tahu bahasa-bahasa isyarat yang dipergunakan untuk berbicara dengan orang tuna rungu, tapi jika aku masih kesulitan, ia menuliskannya di kertas. “plok...plok...plok...” aku menoleh pada arah tepukan itu, itu pasti Aldo, karena ia selalu menandakan kedatangannya dengan 3 kali tepukan. Hari ini ia akan mengajakku ke Cafe langganan kami. “ah, kau sudah datang?” bau ini, bau parfum yang sangat kukenal, setiap aku mencium bau ini, aku selalu teringat saat Aldo memelukku pertama kali, yang membuatku malu seketika. “ya, a...yo...”. (ya, ayo). Aku bergegas menghampirinya dan berjalan disampingnya. Ketika aku berjalan menuju jalan raya, mataku melihat seorang cowok dan cewek berjalan dengan mesra kearah tempat parkir, bukankah itu Vino dan....Citra! kakak sepupuku, bagaimana bisa mereka...dasar cowok bejat! Aku segera menghampirinya dan siap-siap melontarkan kata-kata pedasku ketika Aldo menarik tanganku menjauh. “lepasin!! Aldo, lepasin!!” namun Aldo masih terus menarik tanganku hingga menuju taman didekat sekolahku. Seketika itu aku langsung lunglai dan berlutut sambil menelungkupkan tangan ke mukaku, “tidak...!! jangan lagi!!” entah kenapa aku menangis tersedu-sedu saat itu, yang aku tau, hatiku sakit, sakit sekali, mungkin aku memang masih menyukai Vino, karena ia cinta pertamaku dan aku sangat menginginkannya dari dulu. Aldo memegang pundakku, dan mengulurkan sapu tangan serta selembar kertas aku tak mungkin menyerahkan semua sapu tanganku padamu kan? Ini saputangan terakhir untukmu. tolong, jangan pernah menangis lagi didepanku, aku tidak mau kau menangis, percuma saja kau menangisi orang yang telah menyakitimu. Aku menoleh padanya dan melihatnya tersenyum, lalu ia menuliskan sesuatu pada Note-nya dan memberikannya padaku. Kau mencintainya? Aku mengernyitkan alis, dan menjawab dengan menunduk. “Aku tidak tahu, tapi sepertinya aku masih mencintainya walaupun ia telah menyakitiku.” Kenapa kau tidak bisa melupakannya? Bukannya sebaiknya kau mencari penggantinya? setidaknya bisa menghapuskan perasaanmu padanya. Pertanyaan apa ini? “Aku tidak tahu, Al. Tapi sepertinya sangat sulit melupakannya, karna, yah...kau tau, sangat sulit mendapatkannya saat itu.” Aku mendengar desahan panjang dari Aldo. Jika sesuatu terjadi padanya, apa yang akan kau lakukan? Maksudku, jika seumpama ia tidak ada didunia ini atau disisimu..., yah..kau tau.. Aku mengerutkan kening semakin dalam, ah..ini hanya pertanyaan biasa kan. “Aku tidak akan merelakannya pergi, dan jika ia tidak ada sekalipun, aku tidak akan melupakannya, karna aku mencintainya, selalu...” Lagi-lagi Aldo menghembuskan nafas panjang, dan kali ini lebih berat. Aku tahu, aku tidak akan membuatmu kehilangannya... Sore itu kami membatalkan rencana kami dan duduk diam dengan pikiran masig-masing. ® Vino : Aku rindu padamu Aku mengerjap 2 kali setelah mendapat sms dari Vino,apa benar ia rindu padaku? Hatiku terlonjak gembira dan mengetik sms pada Aldo. Al, dia sms aku!Vino! Dia sms aku! Dia blg dia rindu padaku, aku seneng bgt, Al :D 5 menit kemudian, Bagus kalo bgt, setidaknya kau tdk menangis lg spt minggu lalu, jd kembalikan 3 saputanganku :p Ah, Aldo. Sahabat yang selalu ada saat aku membutuhkannya... Ternyata kau sangat pelit. Iya, Akan kukembalikan, jam 10 di Cafe biasanya yah. Oke, jam 10 di Cafe Thania. Aku bergegas menuju kamar mandi dengan bersenandung gembira. ® Aku menceritakan kejadian tadi pagi yang berhubungan dengan Vino dan teleponnya yang tak terduga, Aldo tersenyum dan sesekali menanggapi dengan anggukan. “ah, senangnya hari ini.” Aku kembali membayangkan pagi tadi ketika Vino menyapaku dengan suara khasnya yang lembut dan dia masih memanggilku dengan nama itu, Vio... “Vio!! tidak disangaka bisa bertemu denganmu disini”. Aku menoleh dan melihat Vino berdiri dibelakangku. “ah, ya, sangat kebetulan”. Aku tidak menyangka bertemu dengannya disini. “loh, kau kan...” Vino menatap Aldo lekat. “Ta, se..per..ti..nya ak..u ha..rus per..gi, a..da yang ha..rus ak..u ker..jakan”. (Ta, sepertinya aku harus pergi, ada yang harus aku kerjakan). Aldo berdiri dan apa itu? Tangannya mengepal dan tatapannya seperti tidak suka pada Vino. “oh begitu? Urusan mendadak lagi? Oke. Hati-hati yah”. Sekali tatap saja aku tau jika ia berbohong, karna ketika ada urusan mendadak, ia akan menghabiskan waktu setidaknya 10 menit denganku sebelum pergi, tapi untuk kali ini saja, aku ingin cepat menghabiskan waktuku dengan Vino. Aldo mengangguk dan meninggalkan kami, tapi sebelum keluar Cafe aku sempat melihat Aldo menggunakan isyarat mata yang tidak kumengerti pada Vino. ® Kmn saja kau? Knp kau tdk pernah menjemput dan menghubungiku lg? Kau sdh bosan padaku, hah? 3 hari Aldo tidak pernah menghubungi lagi. Hal itu sangat membuatku khawatir, karna ia tinggal di Apartemen sendiri, dan bodohnya aku tidak pernah menanyakan alamatnya!. Padahal baru 3 hari, tapi aku sangat merindukannya, aku slalu teringat wajahnya, tingkah lakunya, semuanya! Dan aku bisa gila jika tidak segera bertemu dengannya. Semakin hari rasa ini bertambah dan akan meluap keluar ketika 1 minggu ia tidak juga menghubungiku. Begitupun Vino, ia juga tidak pernah menghubungiku lagi, kenapa mereka menghilang secara bersamaan? tapi kenapa aku selalu teringat pada Aldo, bukan Vino? Sepertinya ada yang salah disini, apa karna Aldo selalu ada dan menemaniku setiap waktu atau..entahlah, tapi aku rasa bukan hanya itu, apa aku mulai mencintai...ah! tidak mungkin, aku hanya mencintai Vino. Tapi semakin aku berpikiran begitu, hatiku selalu menolak Vino dan menarik Aldo. Benar-benar gila! Hari ke 14 , aku menemukan sebuah Note yang ditempelkan pada kotak suratku. Apa kabarmu, ta ? maaf aku tidak menghubungimu, kau tau, aku sangat sibuk akhir-akhir ini, dan Hpku sedang rusak, bagaimana kabarmu ? Aldo! Syukurlah ternyata dia baik-baik saja. Aku segera mengambil pena dan kertas untuk membalas Note-nya. Hey! Kau tau, kau sudah membuatku khawatir setengah mati, untung kau baik-baik saja. Kabarku tidak akan baik-baik saja ketika kau meninggalkanku!! Saat itu kami berkomunikasi dengan Note setiap harinya. sepertinya ia menempelkannya ketika malam hari, agar aku tidak mengetahuinya, dan sepertinya ia juga menyembunyikan sesuatu dariku. Aku ingin bertemu denganmu, Al. Aku...rindu padamu, entahlah, perasaanku semakin tidak karuan jika tidak melihatmu... Pesanku suatu hari, karena aku tidak bisa membendung perasaanku, aku ingin bertemu dengannya! Harus!, Namun sampai 3 hari Note-ku belum juga dibalas Aldo, hingga aku harus menyalin 3 kali karena hujan November yang turun tanpa diduga. ® Aku duduk diteras jam 9 malam, aku bertekad akan menunggu hingga menemui Aldo. Aku sudah tidak bisa menahan perasaanku lagi, semakin hari semakin bertambah dan bergejolak. “hey, kau...tunggu! sepertinya aku mengenalmu!! Tunggu ! hey!”. Aku segera berlari mendengar suara teriakan dan langkah kaki orang menjauh. “Citra, ada apa?” aku menjajari langkah Citra yang berlari mengejar seseorang. “aku...tidak tahu, ketika aku berjalan menuju rumahmu aku bertemu seseorang dan sepertinya aku mengenalnya, tapi ia tiba-tiba lari ketika melihatku, kalau tidak salah namanya..Aldo, ya Aldo!”. Citra nampak kelelahan berlari. “Aldo?” aku segera mempercepat lariku, meninggalkan Citra dan mengikuti sosok tinggi tegap didepanku. “Aldo! Tunggu! Ini aku!”. Namun Aldo masih terus berlari, apa ia tidak memakai alat pendengarnya? Ketika panggilan kelima, Aldo berhenti berlari, menoleh, dan tersenyum padaku, Tuhan...aku sangat rindu senyuman itu. Aku tersenyum, dan berjalan mendekat padanya, namun dari kejauhan tampak mobil yang melanju sangat cepat, “Aldo! Awas!!!” teriakku diiringi bunyi klakson yang sangat keras. Namun Aldo masih bergeming dan tetap tersenyum padaku. “Aldo, cepat minggir!!” aku menggerakkan tangan mengisyaratkannya menjauh dari situ, tapi terlambat, mobil itu telah menerjang Aldo hingga badannya menggelinding disampingku.“siapa saja, tolonggggg....!!!!” ® Aku berlari mengikuti para suster yang mendorong tubuh Aldo yang berlumuran darah. Mereka melarangku masuk ketika aku ingin menemaninya. Pertemuan yang salah! Aku menangis membayangkan pertemuanku dengan Aldo yang berakibat seperti ini, aku hanya ingin melihatnya, tapi waktu tidak merestui kami. “tidak apa, ia pasti baik-baik saja”. Tiba-tiba seseorang menepuk pundakku dan tersenyum lembut. “citra?”aku memeluknya dan menangis di pundaknya. “kau berutang penjelasan padaku, Citra.” “ya, aku tahu. Aku akan segera menjelaskannya padamu”. Namun ketika Citra akan menjelaskan semuanya, salah satu suster menyuruhku kedalam, Aldo ingin bertemu denganku. Aku segera masuk dan menemukannya terbaring dan tersenyum padaku. Ia menyerahkan sesuatu kertas padaku dengan tulisannya yang berantakan, karena tangannya masih tidak bisa digerakkan dengan baik. Jangan menangis,karena aku tidak akan memberimu sapu tangan lagi. Kau sudah berjanji untuk tidak menangis dihadapanku, bukan?. Aku tidak tau apakah ini waktu yang tepat untuk mengatakannya, tapi aku... “men..cin...tai...mu, Vi..or..ta”. (mencintaimu, Viorta). Aldo mengucapkannya sambil tersenyum. Aku mendongak dan melihatnya meneteskan air mata, aku juga Aldo, aku juga!, namun kata-kata ini seperti menyangkut di tenggorokanku. “Dokter! Keadaanya kritis...kita harus segera melakukannya”. Para dokter terlihat sibuk dan salah satu suster menyuruhku untuk menunggu diluar. 3 jam...2014 Wish, aku ingin Aldo ada disisiku, aku ingin Aldo baik-baik saja, karna aku belum sempat mengucapkan jawabanku padanya 6 jam....2014 Wish, aku mohon, untuk kali ini saja kabulkanlah doaku, aku tidak akan mengharap lebih! Aku berjanji. 8 jam...2014 Wish, aku ingin Desember dan akhir 2013 ini bisa diiringi kebagiaan, bukan tangis. 9 jam...“maaf, kami sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi nyawanya tidak bisa tertolong lagi...”. seketika duniaku menjadi gelap! ® “saya ingin berbicara pada anda, seharusnya saya sudah berjanji, namun saya ingin anda tahu yang sebenarnya.” Dokter memanggilku keruangannya dengan ditemani oleh Citra. “apa itu?” setelah mendengar berita Aldo, nyawaku serasa hilang separuhnya. “kecelakaan itu terjadi ketika Saudara Aldo tidak memakai alat pendengarannya, dan setelah dibawa kemari, ia meminta kami untuk menyumbangkan salah satu ginjalnya untuk Saudara Vino”.aku tertegun dan menoleh pada Citra. Ia sepertinya mengetahui semuanya. “kami sebenarnya sangat keberatan, namun ia memaksa dan merasa percuma saja hidupnya diperjuangkan, karena kemungkinannya sangat tipis, juga saat itu ia dalam keadaan sekarat. Ini pesan singkat yang ditulisnya.” Aku mengambil pesan dengan sisa-sisa keterkejutanku. Kau percaya Reinkarnasi, Viorta? Aku mencintaimu... “Vino, ia terserang penyakit ginjal dari dulu, salah satu ginjalnya tidak dapat berfungsi, ia menyembunyikannya darimu karna ia tidak mau kau kecewa padanya. Tentang hubungannya dengan Nara, itu hanya karangan Vino, dan Nara memeanfaatkan kesempatan ini. Tapi setelah beberapa hari, Vino tidak bisa membendung rindu padamu, ia sangat mencintaimu, maka dari itu ia kembali padamu saat itu. Soal Aldo, Aldo adalah adik tiri dari Vino, namun ia ingin hidup sendiri, karena ia merasa tidak bisa hidup bersama dengan mama Vino. Ia tidak menemuimu waktu itu karena ia harus menemani Vino dan membiayai biaya rumah sakitnya, kau tau, ia sudah menjual apa saja, termasuk HPnya untuk biaya rumah sakit ini, perusahaan ayahnya mengalami masalah, jadi ia yang menanggung semuanya dan ternyata ini jalan yang dipilihnya. Satu lagi, dari tatapannya aku sudah bisa mengetahui kalau Aldo sangat mencintaimu, mungkin dari dulu”. Aku berlutut, air mata turun satu persatu. Aldo, kenapa kau tidak pernah mengatakannya padaku.. “Jika sesuatu terjadi padanya, apa yang akan kau lakukan? Maksudku, jika seumpama ia tidak ada didunia ini atau disisimu..., yah..kau tau.”. “Aku tahu, aku tidak akan membuatmu kehilangannya...” tiba-tiba aku aku teringat kata-kataku dengannya waktu itu, dulu aku berbicara seperti itu karena aku masih mencintai Vino, tapi sekarang aku sadar, aku mencintai Aldo, bukan Vino. Dan biarkan aku menangis, aku berjanji tidak menangis didepanmu, namun biarkan aku menangis dibelakangmu. “Aldoooo!!!”. ® Aku berlutut didepan gundukan tanah yang bertuliskan Aldo Siantra Reynaldi dengan ditemani Vino disampingku. 2014 wish, aku ingin ia baik-baik saja disana, 2013 wish, aku ingin ia bahagia disana, 2014 wish, aku ingin ia tau bahwa aku selalu mencintainya, 2014 wish, ini adalah akhir tahun 2013 tersuram dihidupku... “ka..kak se..dang ap..a di...si..ni?” (kakak sedang apa disini?). aku menoleh pada anak kecil disebelahku. Aldo, sekarang aku percaya Reinkarnasi. -END-

0 comments

:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n:

Posting Komentar

Jumat, 13 Desember 2013

2014 Wish

Diposting oleh Unknown di 18.56
Aku melirik sebal kearah cowok disebelahku, dia terus saja menghalangi jalanku, seolah-olah ini jalan miliknya yang dapat dinikmatinya seorang diri. “permisi, bisa minggir sedikit saja?”. ucapku sehalus mungkin, berusaha menyembunyikan nada jengkelku. Tapi ia masih tetap saja menghalangi jalanku setelah 3 kali aku mengulangi kata-kataku. “mas, tolong minggir sedikit, saya butuh jalan!! Mas ini budek atau gimana sih?!!”aku melengos dan menabrak bahunya dengan keras. Aku melihat orang-orang disekitarku menatapku dengan kesal dan marah. Hey! Seharusnya mereka marah pada lelaki ini, bukan padaku. Dasar orang-orang aneh! Aku melirik jam tanganku, aku akan terlambat kali ini!. Aku berlari dengan cepat menuju gedung pertunjukan, aku harus cepat, sebelum Mr. Brian marah-marah dan tidak akan menunjukku lagi menjadi pemain utama pertunjukan nanti jam...oh shitt! Sekarang sudah akan dimulai. Aku mempercepat lariku tanpa memedulikan orang yang menatapku dengan bingung. Sebentar lagi...sebentar lagi Viorta, kau akan menjadi pemain terhebat hari ini dan akan menjadi pusat perhatian. Aku melihat pintu pertunjukan tepat didepanku. Tapi tak berapa lama....BUKKK..aku merasa menabrak sesuatu yang cukup keras dan terjatuh kebelakang. “aduh...pantatku...kakiku..aduh...dadaku, panasss!!”aku mengeluh beberapa kali, kulihat bajuku kotor dan dadaku terasa panas. Baju pentasku? tidak! Apa ini ? oh my God! Itu kopi panas!!. “apa yang kau lakukan pada bajuku? Kau tak tau, hari ini aku akan mengikuti pertunjukan besar?! Tapi apa yang kau lakukan? Kau menghancurkan semuanya!!”. Suaraku meninggi. “tunggu dulu, aku sepertinya mengenalimu.ah! kau orang yang di halte tadi, apa kau tidak bisa berhenti membuat pagiku senang sedikit?!”. Aku mengambil nafas panjang. Mencoba menenangkan diri. Dia kelihatan bingung atas perkataanku. Membuat aliran darahku semakin naik. Tapi dengan lirih aku bisa mendengar dia berbicara sesuatu. “ma...af”. “apa? maaf? maaf saja tak cukup bagiku! Apa maaf bisa mengembalikan bajuku bersih seperti semula? Apa bisa membuat dadaku tidak melepuh? Apa bisa membuat sekujur tubuhku tidak sakit seperti semula?!”. Emosiku kembali tersulut. “ma....af”. ia mengucapkannya dengan terbata-bata. Ia mengambil sesuatu di saku celananya dan menyerahkan sapu tangannya padaku. “tidak, terima kasih. Aku hanya ingin kau tidak muncul kembali di hadapanku dan merusak hariku”. Aku bergegas berlari meninggalkannya, namun aku merasa ada tangan besar menarik lenganku. Sontak aku menoleh dan melihat lelaki itu meletakkan sapu tangan dalam genggaman tanganku. Ia menepuk pipiku dengan lembut dan menatap mataku dengan senyumnya yang tulus, indah dan...tampan! lalu pergi dengan langkah santai. ® “tidak....hikk...ini..hikk..sangat tidak mungkin...!!”. aku menangis tersedu-sedu, mengingat 3 jam yang lalu, ketika aku memasuki pertunjukan dan aku melihat pertunjukan sudah dimulai. Bagaimana bisa? tanpa peran utama? Namun aku melihat Nara memasuki panggung dengan baju pentas yang lebih indah dariku dan memasang senyum kemenangan dibibirnya. Nara! Sifatmu tidak berubah! Ah, aku ingat, kemarin kau telah memutar jam bekerku lebih siang dan sengaja mengajaku jalan-jalan hingga malam, dan..oh apakah telepon malam-malam itu juga skenariomu? Kau benar-benar licik Nara. Aku melihat adegan demi adegan dengan menahan air mata yang berdesakan ingin keluar. Seharusnya aku yang ada diatas sana, seharusnya aku yang bergandengan dengan Vino, yang berperan sebagai kekasihku didalam panggung, maupun dikehidupan nyata. Seharusnya aku yang mendapat sambutan meriah itu, seharusnya aku yang mereka foto, seharusnya.... ”arghhh....!!!”aku menjambak rambutku dengan keras agar sakit hati ini lebih terimbangi dengan sakit dikepalaku. Pikiranku kembali ketika pertunjukan usai, Mr. Brian marah besar dan sangat kecewa denganku. Aku tidak tau apakah aku akan tetap bisa bertahan setelah ini. Aku hanya mendengarnya dengan menunduk, menyembunyikan air mataku. Ketika aku meninggalkan tempat itu, Vino menghampiriku dan memutuskan hubungannya denganku tanpa sebab, dan disusul dengan Nara yang bergelayut mesra dilengan Vino. “PLAKK!!!” aku mendaratkan tamparan cukup keras pada Vino. Aku melihat darah segar di ujung bibirnya yang indah. Bagus, setidaknya itu lebih ringan daripada sakit hatiku sekarang ini, cowok tidak tahu diuntung!. Nara terlihat tidak suka dengan tindakanku dan akan membalasku ketika aku mendahuluinya dengan tamparan cukup keras. Kita seimbang cewek ganjen!. Aku berlari, terus berlari hingga sampai ditaman ini. Menangis sampai sakit hati ini hilang. “jang..an men..ang..iss”. aku menoleh mendengar suara yang aneh serta tidak jelas disampingku dan melihat cowok tadi pagi menyodorkan saputangan tanpa menoleh ke arahku. Aku mengambil sapu tangan ditangannya dan mengelap seluruh mukaku yang basah. “cita-cita hilang, orang yang kita cintai meninggalkan kita begitu saja, sahabat yang kita percaya menghianati kita, sakit sekali rasanya”. Aku mengepalkan tangaku dan memukul dadaku sendiri. Cowok itu menatapku dengan bingung. “sakit sekali!! Nara, kau tau aku menginginkan peran itu, tapi kau merebutnya, kau juga tau aku sangat mencintai Vino sejak aku SD, tapi kau merebutnya juga, kau merebut semua yang kumiliki!. Naraa...taukah kau...ahhhhh ”.aku menjerit dan menangis sejadinya dengan memukul tanganku lebih keras dari sebelumnya ke dadaku. Tak diduga tubuhku telah bergeser posisi, aku mencium aroma musk, dan baru menyadari bahwa aku ada dalam pelukan tubuh maskulin cowok itu. Aku mencoba melepaskan diri, namun ia semakin mengencangkan pelukannya “tak...aa..pa..”. aku sadar aku menangis dengan keras dan menyedihkan dipelukan cowok yang tidak kukenal itu, tetapi aku merasa nyaman. Nyaman sekali. ® “aduh...maaf, ah...aduh..duh...” aku berusaha melewati desakan orang-orang yang berebut ingin menaiki bus. namun seberapa cepat aku berlari, seberapa banyak aku menabrak orang disekitarku, Bus itu telah meninggalkanku dengan menyisakan asap kenalpotnya. “ah...!! siall !! sialll!!”. Aku mencak-mencak sendiri dan baru menyadari ada sesorang yang melihat tingkahku yang aneh. “ah...kau rupanya, 2 minggu yang lalu...terima kasih.” Aku menunduk malu. “hem...” ia mengangguk dengan 1 anggukan. Aku meliriknya dari ujung mataku. Penampilannya sangat sederhana dengan celana jins dan hem warna merah, namun ia terlihat sangat mempesona. Aku pun menunggu bus selanjutnya tanpa percakapan diantara kami. “pagi, Aldo. Kau sangat tampan pagi ini.” Sapa perempuan gemuk di depan kami, diikuti sapaan dan senyuman orang-orang disekitar kami, rupanya semua orang disini telah mengenal cowok ini. “oh! Bukannya perempuan ini yang waktu itu berkata lancang padamu kira-kira 2 minggu lalu?”. Tuduh wanita itu dengan tatapan tajam ke arahku dan ah! Kenapa wanita itu menggunakan tangannya untuk berbicara dengan Aldo? “ti...dak, di..a te....man sa..ya (tidak, dia teman saya)”. balasnya dengan menggerakkan jari-jarinya ketika berkomunikasi. Hey, ada yang aneh disini. “oh. Begitu, sepertinya kau harus berhati-hati dengan ucapanmu, nak. Kau tau ia tidak bisa mendengar, namun kau dengan mudahnya berkata seperti itu.” Wanita itu berkata dengan nada kesal dan berlalu begitu saja. Apa? kenyataan itu telak menghantamku. “apa benar kau....?” “ya”. Ia menganggukan kepala. “jang an..terl..alu...i..pi..kir.an..a..u..sud..ah..mel..upakan..nya (jangan terlalu dipikirkan aku sudah melupakannya). ”ia menggerakkan jari-jarinya. “bodoh...dasar kau bodoh viorta!!!”aku merutuki diriku sendiri. “a...yo, b..us nya su...dah dat..ang..”. (ayo, busnya sudah datang) Aldo berjalan kedepanku, akupun mengikutinya dari belakang dengan masih merutuki diri. ® 2 bulan sudah aku mengenal Aldo, aku semakin akrab dengannya, ia bukan hanya baik dan tampan, ia juga sangat rendah hati dan menyenangkan. Setiap hari ia selalu menjemput dan mengantarku kesekolah (baca: naik bus). semenjak mengenal Aldo, aku menjadi tahu bahasa-bahasa isyarat yang dipergunakan untuk berbicara dengan orang tuna rungu, tapi jika aku masih kesulitan, ia menuliskannya di kertas. “plok...plok...plok...” aku menoleh pada arah tepukan itu, itu pasti Aldo, karena ia selalu menandakan kedatangannya dengan 3 kali tepukan. Hari ini ia akan mengajakku ke Cafe langganan kami. “ah, kau sudah datang?” bau ini, bau parfum yang sangat kukenal, setiap aku mencium bau ini, aku selalu teringat saat Aldo memelukku pertama kali, yang membuatku malu seketika. “ya, a...yo...”. (ya, ayo). Aku bergegas menghampirinya dan berjalan disampingnya. Ketika aku berjalan menuju jalan raya, mataku melihat seorang cowok dan cewek berjalan dengan mesra kearah tempat parkir, bukankah itu Vino dan....Citra! kakak sepupuku, bagaimana bisa mereka...dasar cowok bejat! Aku segera menghampirinya dan siap-siap melontarkan kata-kata pedasku ketika Aldo menarik tanganku menjauh. “lepasin!! Aldo, lepasin!!” namun Aldo masih terus menarik tanganku hingga menuju taman didekat sekolahku. Seketika itu aku langsung lunglai dan berlutut sambil menelungkupkan tangan ke mukaku, “tidak...!! jangan lagi!!” entah kenapa aku menangis tersedu-sedu saat itu, yang aku tau, hatiku sakit, sakit sekali, mungkin aku memang masih menyukai Vino, karena ia cinta pertamaku dan aku sangat menginginkannya dari dulu. Aldo memegang pundakku, dan mengulurkan sapu tangan serta selembar kertas aku tak mungkin menyerahkan semua sapu tanganku padamu kan? Ini saputangan terakhir untukmu. tolong, jangan pernah menangis lagi didepanku, aku tidak mau kau menangis, percuma saja kau menangisi orang yang telah menyakitimu. Aku menoleh padanya dan melihatnya tersenyum, lalu ia menuliskan sesuatu pada Note-nya dan memberikannya padaku. Kau mencintainya? Aku mengernyitkan alis, dan menjawab dengan menunduk. “Aku tidak tahu, tapi sepertinya aku masih mencintainya walaupun ia telah menyakitiku.” Kenapa kau tidak bisa melupakannya? Bukannya sebaiknya kau mencari penggantinya? setidaknya bisa menghapuskan perasaanmu padanya. Pertanyaan apa ini? “Aku tidak tahu, Al. Tapi sepertinya sangat sulit melupakannya, karna, yah...kau tau, sangat sulit mendapatkannya saat itu.” Aku mendengar desahan panjang dari Aldo. Jika sesuatu terjadi padanya, apa yang akan kau lakukan? Maksudku, jika seumpama ia tidak ada didunia ini atau disisimu..., yah..kau tau.. Aku mengerutkan kening semakin dalam, ah..ini hanya pertanyaan biasa kan. “Aku tidak akan merelakannya pergi, dan jika ia tidak ada sekalipun, aku tidak akan melupakannya, karna aku mencintainya, selalu...” Lagi-lagi Aldo menghembuskan nafas panjang, dan kali ini lebih berat. Aku tahu, aku tidak akan membuatmu kehilangannya... Sore itu kami membatalkan rencana kami dan duduk diam dengan pikiran masig-masing. ® Vino : Aku rindu padamu Aku mengerjap 2 kali setelah mendapat sms dari Vino,apa benar ia rindu padaku? Hatiku terlonjak gembira dan mengetik sms pada Aldo. Al, dia sms aku!Vino! Dia sms aku! Dia blg dia rindu padaku, aku seneng bgt, Al :D 5 menit kemudian, Bagus kalo bgt, setidaknya kau tdk menangis lg spt minggu lalu, jd kembalikan 3 saputanganku :p Ah, Aldo. Sahabat yang selalu ada saat aku membutuhkannya... Ternyata kau sangat pelit. Iya, Akan kukembalikan, jam 10 di Cafe biasanya yah. Oke, jam 10 di Cafe Thania. Aku bergegas menuju kamar mandi dengan bersenandung gembira. ® Aku menceritakan kejadian tadi pagi yang berhubungan dengan Vino dan teleponnya yang tak terduga, Aldo tersenyum dan sesekali menanggapi dengan anggukan. “ah, senangnya hari ini.” Aku kembali membayangkan pagi tadi ketika Vino menyapaku dengan suara khasnya yang lembut dan dia masih memanggilku dengan nama itu, Vio... “Vio!! tidak disangaka bisa bertemu denganmu disini”. Aku menoleh dan melihat Vino berdiri dibelakangku. “ah, ya, sangat kebetulan”. Aku tidak menyangka bertemu dengannya disini. “loh, kau kan...” Vino menatap Aldo lekat. “Ta, se..per..ti..nya ak..u ha..rus per..gi, a..da yang ha..rus ak..u ker..jakan”. (Ta, sepertinya aku harus pergi, ada yang harus aku kerjakan). Aldo berdiri dan apa itu? Tangannya mengepal dan tatapannya seperti tidak suka pada Vino. “oh begitu? Urusan mendadak lagi? Oke. Hati-hati yah”. Sekali tatap saja aku tau jika ia berbohong, karna ketika ada urusan mendadak, ia akan menghabiskan waktu setidaknya 10 menit denganku sebelum pergi, tapi untuk kali ini saja, aku ingin cepat menghabiskan waktuku dengan Vino. Aldo mengangguk dan meninggalkan kami, tapi sebelum keluar Cafe aku sempat melihat Aldo menggunakan isyarat mata yang tidak kumengerti pada Vino. ® Kmn saja kau? Knp kau tdk pernah menjemput dan menghubungiku lg? Kau sdh bosan padaku, hah? 3 hari Aldo tidak pernah menghubungi lagi. Hal itu sangat membuatku khawatir, karna ia tinggal di Apartemen sendiri, dan bodohnya aku tidak pernah menanyakan alamatnya!. Padahal baru 3 hari, tapi aku sangat merindukannya, aku slalu teringat wajahnya, tingkah lakunya, semuanya! Dan aku bisa gila jika tidak segera bertemu dengannya. Semakin hari rasa ini bertambah dan akan meluap keluar ketika 1 minggu ia tidak juga menghubungiku. Begitupun Vino, ia juga tidak pernah menghubungiku lagi, kenapa mereka menghilang secara bersamaan? tapi kenapa aku selalu teringat pada Aldo, bukan Vino? Sepertinya ada yang salah disini, apa karna Aldo selalu ada dan menemaniku setiap waktu atau..entahlah, tapi aku rasa bukan hanya itu, apa aku mulai mencintai...ah! tidak mungkin, aku hanya mencintai Vino. Tapi semakin aku berpikiran begitu, hatiku selalu menolak Vino dan menarik Aldo. Benar-benar gila! Hari ke 14 , aku menemukan sebuah Note yang ditempelkan pada kotak suratku. Apa kabarmu, ta ? maaf aku tidak menghubungimu, kau tau, aku sangat sibuk akhir-akhir ini, dan Hpku sedang rusak, bagaimana kabarmu ? Aldo! Syukurlah ternyata dia baik-baik saja. Aku segera mengambil pena dan kertas untuk membalas Note-nya. Hey! Kau tau, kau sudah membuatku khawatir setengah mati, untung kau baik-baik saja. Kabarku tidak akan baik-baik saja ketika kau meninggalkanku!! Saat itu kami berkomunikasi dengan Note setiap harinya. sepertinya ia menempelkannya ketika malam hari, agar aku tidak mengetahuinya, dan sepertinya ia juga menyembunyikan sesuatu dariku. Aku ingin bertemu denganmu, Al. Aku...rindu padamu, entahlah, perasaanku semakin tidak karuan jika tidak melihatmu... Pesanku suatu hari, karena aku tidak bisa membendung perasaanku, aku ingin bertemu dengannya! Harus!, Namun sampai 3 hari Note-ku belum juga dibalas Aldo, hingga aku harus menyalin 3 kali karena hujan November yang turun tanpa diduga. ® Aku duduk diteras jam 9 malam, aku bertekad akan menunggu hingga menemui Aldo. Aku sudah tidak bisa menahan perasaanku lagi, semakin hari semakin bertambah dan bergejolak. “hey, kau...tunggu! sepertinya aku mengenalmu!! Tunggu ! hey!”. Aku segera berlari mendengar suara teriakan dan langkah kaki orang menjauh. “Citra, ada apa?” aku menjajari langkah Citra yang berlari mengejar seseorang. “aku...tidak tahu, ketika aku berjalan menuju rumahmu aku bertemu seseorang dan sepertinya aku mengenalnya, tapi ia tiba-tiba lari ketika melihatku, kalau tidak salah namanya..Aldo, ya Aldo!”. Citra nampak kelelahan berlari. “Aldo?” aku segera mempercepat lariku, meninggalkan Citra dan mengikuti sosok tinggi tegap didepanku. “Aldo! Tunggu! Ini aku!”. Namun Aldo masih terus berlari, apa ia tidak memakai alat pendengarnya? Ketika panggilan kelima, Aldo berhenti berlari, menoleh, dan tersenyum padaku, Tuhan...aku sangat rindu senyuman itu. Aku tersenyum, dan berjalan mendekat padanya, namun dari kejauhan tampak mobil yang melanju sangat cepat, “Aldo! Awas!!!” teriakku diiringi bunyi klakson yang sangat keras. Namun Aldo masih bergeming dan tetap tersenyum padaku. “Aldo, cepat minggir!!” aku menggerakkan tangan mengisyaratkannya menjauh dari situ, tapi terlambat, mobil itu telah menerjang Aldo hingga badannya menggelinding disampingku.“siapa saja, tolonggggg....!!!!” ® Aku berlari mengikuti para suster yang mendorong tubuh Aldo yang berlumuran darah. Mereka melarangku masuk ketika aku ingin menemaninya. Pertemuan yang salah! Aku menangis membayangkan pertemuanku dengan Aldo yang berakibat seperti ini, aku hanya ingin melihatnya, tapi waktu tidak merestui kami. “tidak apa, ia pasti baik-baik saja”. Tiba-tiba seseorang menepuk pundakku dan tersenyum lembut. “citra?”aku memeluknya dan menangis di pundaknya. “kau berutang penjelasan padaku, Citra.” “ya, aku tahu. Aku akan segera menjelaskannya padamu”. Namun ketika Citra akan menjelaskan semuanya, salah satu suster menyuruhku kedalam, Aldo ingin bertemu denganku. Aku segera masuk dan menemukannya terbaring dan tersenyum padaku. Ia menyerahkan sesuatu kertas padaku dengan tulisannya yang berantakan, karena tangannya masih tidak bisa digerakkan dengan baik. Jangan menangis,karena aku tidak akan memberimu sapu tangan lagi. Kau sudah berjanji untuk tidak menangis dihadapanku, bukan?. Aku tidak tau apakah ini waktu yang tepat untuk mengatakannya, tapi aku... “men..cin...tai...mu, Vi..or..ta”. (mencintaimu, Viorta). Aldo mengucapkannya sambil tersenyum. Aku mendongak dan melihatnya meneteskan air mata, aku juga Aldo, aku juga!, namun kata-kata ini seperti menyangkut di tenggorokanku. “Dokter! Keadaanya kritis...kita harus segera melakukannya”. Para dokter terlihat sibuk dan salah satu suster menyuruhku untuk menunggu diluar. 3 jam...2014 Wish, aku ingin Aldo ada disisiku, aku ingin Aldo baik-baik saja, karna aku belum sempat mengucapkan jawabanku padanya 6 jam....2014 Wish, aku mohon, untuk kali ini saja kabulkanlah doaku, aku tidak akan mengharap lebih! Aku berjanji. 8 jam...2014 Wish, aku ingin Desember dan akhir 2013 ini bisa diiringi kebagiaan, bukan tangis. 9 jam...“maaf, kami sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi nyawanya tidak bisa tertolong lagi...”. seketika duniaku menjadi gelap! ® “saya ingin berbicara pada anda, seharusnya saya sudah berjanji, namun saya ingin anda tahu yang sebenarnya.” Dokter memanggilku keruangannya dengan ditemani oleh Citra. “apa itu?” setelah mendengar berita Aldo, nyawaku serasa hilang separuhnya. “kecelakaan itu terjadi ketika Saudara Aldo tidak memakai alat pendengarannya, dan setelah dibawa kemari, ia meminta kami untuk menyumbangkan salah satu ginjalnya untuk Saudara Vino”.aku tertegun dan menoleh pada Citra. Ia sepertinya mengetahui semuanya. “kami sebenarnya sangat keberatan, namun ia memaksa dan merasa percuma saja hidupnya diperjuangkan, karena kemungkinannya sangat tipis, juga saat itu ia dalam keadaan sekarat. Ini pesan singkat yang ditulisnya.” Aku mengambil pesan dengan sisa-sisa keterkejutanku. Kau percaya Reinkarnasi, Viorta? Aku mencintaimu... “Vino, ia terserang penyakit ginjal dari dulu, salah satu ginjalnya tidak dapat berfungsi, ia menyembunyikannya darimu karna ia tidak mau kau kecewa padanya. Tentang hubungannya dengan Nara, itu hanya karangan Vino, dan Nara memeanfaatkan kesempatan ini. Tapi setelah beberapa hari, Vino tidak bisa membendung rindu padamu, ia sangat mencintaimu, maka dari itu ia kembali padamu saat itu. Soal Aldo, Aldo adalah adik tiri dari Vino, namun ia ingin hidup sendiri, karena ia merasa tidak bisa hidup bersama dengan mama Vino. Ia tidak menemuimu waktu itu karena ia harus menemani Vino dan membiayai biaya rumah sakitnya, kau tau, ia sudah menjual apa saja, termasuk HPnya untuk biaya rumah sakit ini, perusahaan ayahnya mengalami masalah, jadi ia yang menanggung semuanya dan ternyata ini jalan yang dipilihnya. Satu lagi, dari tatapannya aku sudah bisa mengetahui kalau Aldo sangat mencintaimu, mungkin dari dulu”. Aku berlutut, air mata turun satu persatu. Aldo, kenapa kau tidak pernah mengatakannya padaku.. “Jika sesuatu terjadi padanya, apa yang akan kau lakukan? Maksudku, jika seumpama ia tidak ada didunia ini atau disisimu..., yah..kau tau.”. “Aku tahu, aku tidak akan membuatmu kehilangannya...” tiba-tiba aku aku teringat kata-kataku dengannya waktu itu, dulu aku berbicara seperti itu karena aku masih mencintai Vino, tapi sekarang aku sadar, aku mencintai Aldo, bukan Vino. Dan biarkan aku menangis, aku berjanji tidak menangis didepanmu, namun biarkan aku menangis dibelakangmu. “Aldoooo!!!”. ® Aku berlutut didepan gundukan tanah yang bertuliskan Aldo Siantra Reynaldi dengan ditemani Vino disampingku. 2014 wish, aku ingin ia baik-baik saja disana, 2013 wish, aku ingin ia bahagia disana, 2014 wish, aku ingin ia tau bahwa aku selalu mencintainya, 2014 wish, ini adalah akhir tahun 2013 tersuram dihidupku... “ka..kak se..dang ap..a di...si..ni?” (kakak sedang apa disini?). aku menoleh pada anak kecil disebelahku. Aldo, sekarang aku percaya Reinkarnasi. -END-

0 komentar on "2014 Wish"

Posting Komentar