Welcome To My Blog


Selasa, 25 Februari 2014

BERSYUKUR SETIAP SAAT

.
0 komentar

Dari begitu bangun pagi dikamar lantai atas sampai turun ke lantai bawah, sudah berapa kali saya mengucapkan terima kasih dan bersyukur? Mungkin sudah lima kali sampai tujuh kali. Dalam satu hari? Berapa kali saya berterima kasih dan bersyukur di dalam hati? Berapa kali saya ucapkan dengan lantang bersuara dengan orang lain? Mungkin bisa 50 sampai 100 kali, bisa jadi lebih, karena tidak saya hitung. Tidak praktis kedengarannya? Kok ya aneh mengucapkan terima kasih sampai puluhan kali dan satu hari? Bahkan ratusan kali? Jawabanny mudah saja: dengan berterima kasih dan bersyukur, kita selalu mencari sisi positif, maka diri kita menjadi semakin positifd dalam melihat segala sesuatu. Pasti ada putih setitik di dalam hitam kelam dan ada hitam setitik di dalam putih bersih. Dengan selalu mengingat kelimpahan kita, otak kita mencetak keyakinan (bealive) bahwa memamng benar kita hidup dalam kelimpahan. Maka semua perbuatan kita didasari oleh keyakinan ini, termasuk presepsi diri kita sebagai personifikasi dari sukses. Lantas, sampai kapan perlu mengucapkan terima kasih? Dan bersyukur berpuluh-puluh kali tersebut? Sepanjang hayat. Ah, tidak praktis, mungkin ada yang berpendapat demikian. Sekali lagi bahwa ini tidak mengajarkan untuk sukses dalam semalam, namun dengan mengubah mindset (pola pikir) maka segala faktor eksternal yang sering menjadi atribut orang sukses akan datang dengan sendirinya bagaikan arus sungai. Berterima kasih dan bersyukur toh tidak memerlukan modal uang maupun sumber daya apapun. Intinya hanya, yaitu kemauan keras untuk mengubah diri. Jangan pikirkan “pahala” yang Anda dapat dari perbuatan ini dulu. Jangan pula mengharapkan nasib akan berubah dalam sekejap. Yang jelas, dengan mengucapkan terima kasih kepada orang lain tanpa ada rasa keterpaksaan dan rasa canggung saja sudah merupakan jembatan kita ke dalam hati orang itu. “Terima Kasih” tidak akan pernah ditolak orang lain, malah biasanya disambut dengan senyuman lebah dan hati yang sedikit lebih lembut dari pada sebelumnya. Ini saja sudah merupakan magnit yang bisa membantu kita semua adalam memproyeksikan diri yang sukses ke luar. Jadi, jika ada keragu-raguan dan ke-engganan untuk berterima kasigh dan bersyukur dalam skala dan frekuensi luar biasa, maka sebaiknya Anda urungkan niat Anda untuk menjadi personifikasi dari sukses itu sendiri. Amin ...

readmore »»

Jumat, 13 Desember 2013

2014 Wish

.
0 komentar

Aku melirik sebal kearah cowok disebelahku, dia terus saja menghalangi jalanku, seolah-olah ini jalan miliknya yang dapat dinikmatinya seorang diri. “permisi, bisa minggir sedikit saja?”. ucapku sehalus mungkin, berusaha menyembunyikan nada jengkelku. Tapi ia masih tetap saja menghalangi jalanku setelah 3 kali aku mengulangi kata-kataku. “mas, tolong minggir sedikit, saya butuh jalan!! Mas ini budek atau gimana sih?!!”aku melengos dan menabrak bahunya dengan keras. Aku melihat orang-orang disekitarku menatapku dengan kesal dan marah. Hey! Seharusnya mereka marah pada lelaki ini, bukan padaku. Dasar orang-orang aneh! Aku melirik jam tanganku, aku akan terlambat kali ini!. Aku berlari dengan cepat menuju gedung pertunjukan, aku harus cepat, sebelum Mr. Brian marah-marah dan tidak akan menunjukku lagi menjadi pemain utama pertunjukan nanti jam...oh shitt! Sekarang sudah akan dimulai. Aku mempercepat lariku tanpa memedulikan orang yang menatapku dengan bingung. Sebentar lagi...sebentar lagi Viorta, kau akan menjadi pemain terhebat hari ini dan akan menjadi pusat perhatian. Aku melihat pintu pertunjukan tepat didepanku. Tapi tak berapa lama....BUKKK..aku merasa menabrak sesuatu yang cukup keras dan terjatuh kebelakang. “aduh...pantatku...kakiku..aduh...dadaku, panasss!!”aku mengeluh beberapa kali, kulihat bajuku kotor dan dadaku terasa panas. Baju pentasku? tidak! Apa ini ? oh my God! Itu kopi panas!!. “apa yang kau lakukan pada bajuku? Kau tak tau, hari ini aku akan mengikuti pertunjukan besar?! Tapi apa yang kau lakukan? Kau menghancurkan semuanya!!”. Suaraku meninggi. “tunggu dulu, aku sepertinya mengenalimu.ah! kau orang yang di halte tadi, apa kau tidak bisa berhenti membuat pagiku senang sedikit?!”. Aku mengambil nafas panjang. Mencoba menenangkan diri. Dia kelihatan bingung atas perkataanku. Membuat aliran darahku semakin naik. Tapi dengan lirih aku bisa mendengar dia berbicara sesuatu. “ma...af”. “apa? maaf? maaf saja tak cukup bagiku! Apa maaf bisa mengembalikan bajuku bersih seperti semula? Apa bisa membuat dadaku tidak melepuh? Apa bisa membuat sekujur tubuhku tidak sakit seperti semula?!”. Emosiku kembali tersulut. “ma....af”. ia mengucapkannya dengan terbata-bata. Ia mengambil sesuatu di saku celananya dan menyerahkan sapu tangannya padaku. “tidak, terima kasih. Aku hanya ingin kau tidak muncul kembali di hadapanku dan merusak hariku”. Aku bergegas berlari meninggalkannya, namun aku merasa ada tangan besar menarik lenganku. Sontak aku menoleh dan melihat lelaki itu meletakkan sapu tangan dalam genggaman tanganku. Ia menepuk pipiku dengan lembut dan menatap mataku dengan senyumnya yang tulus, indah dan...tampan! lalu pergi dengan langkah santai. ® “tidak....hikk...ini..hikk..sangat tidak mungkin...!!”. aku menangis tersedu-sedu, mengingat 3 jam yang lalu, ketika aku memasuki pertunjukan dan aku melihat pertunjukan sudah dimulai. Bagaimana bisa? tanpa peran utama? Namun aku melihat Nara memasuki panggung dengan baju pentas yang lebih indah dariku dan memasang senyum kemenangan dibibirnya. Nara! Sifatmu tidak berubah! Ah, aku ingat, kemarin kau telah memutar jam bekerku lebih siang dan sengaja mengajaku jalan-jalan hingga malam, dan..oh apakah telepon malam-malam itu juga skenariomu? Kau benar-benar licik Nara. Aku melihat adegan demi adegan dengan menahan air mata yang berdesakan ingin keluar. Seharusnya aku yang ada diatas sana, seharusnya aku yang bergandengan dengan Vino, yang berperan sebagai kekasihku didalam panggung, maupun dikehidupan nyata. Seharusnya aku yang mendapat sambutan meriah itu, seharusnya aku yang mereka foto, seharusnya.... ”arghhh....!!!”aku menjambak rambutku dengan keras agar sakit hati ini lebih terimbangi dengan sakit dikepalaku. Pikiranku kembali ketika pertunjukan usai, Mr. Brian marah besar dan sangat kecewa denganku. Aku tidak tau apakah aku akan tetap bisa bertahan setelah ini. Aku hanya mendengarnya dengan menunduk, menyembunyikan air mataku. Ketika aku meninggalkan tempat itu, Vino menghampiriku dan memutuskan hubungannya denganku tanpa sebab, dan disusul dengan Nara yang bergelayut mesra dilengan Vino. “PLAKK!!!” aku mendaratkan tamparan cukup keras pada Vino. Aku melihat darah segar di ujung bibirnya yang indah. Bagus, setidaknya itu lebih ringan daripada sakit hatiku sekarang ini, cowok tidak tahu diuntung!. Nara terlihat tidak suka dengan tindakanku dan akan membalasku ketika aku mendahuluinya dengan tamparan cukup keras. Kita seimbang cewek ganjen!. Aku berlari, terus berlari hingga sampai ditaman ini. Menangis sampai sakit hati ini hilang. “jang..an men..ang..iss”. aku menoleh mendengar suara yang aneh serta tidak jelas disampingku dan melihat cowok tadi pagi menyodorkan saputangan tanpa menoleh ke arahku. Aku mengambil sapu tangan ditangannya dan mengelap seluruh mukaku yang basah. “cita-cita hilang, orang yang kita cintai meninggalkan kita begitu saja, sahabat yang kita percaya menghianati kita, sakit sekali rasanya”. Aku mengepalkan tangaku dan memukul dadaku sendiri. Cowok itu menatapku dengan bingung. “sakit sekali!! Nara, kau tau aku menginginkan peran itu, tapi kau merebutnya, kau juga tau aku sangat mencintai Vino sejak aku SD, tapi kau merebutnya juga, kau merebut semua yang kumiliki!. Naraa...taukah kau...ahhhhh ”.aku menjerit dan menangis sejadinya dengan memukul tanganku lebih keras dari sebelumnya ke dadaku. Tak diduga tubuhku telah bergeser posisi, aku mencium aroma musk, dan baru menyadari bahwa aku ada dalam pelukan tubuh maskulin cowok itu. Aku mencoba melepaskan diri, namun ia semakin mengencangkan pelukannya “tak...aa..pa..”. aku sadar aku menangis dengan keras dan menyedihkan dipelukan cowok yang tidak kukenal itu, tetapi aku merasa nyaman. Nyaman sekali. ® “aduh...maaf, ah...aduh..duh...” aku berusaha melewati desakan orang-orang yang berebut ingin menaiki bus. namun seberapa cepat aku berlari, seberapa banyak aku menabrak orang disekitarku, Bus itu telah meninggalkanku dengan menyisakan asap kenalpotnya. “ah...!! siall !! sialll!!”. Aku mencak-mencak sendiri dan baru menyadari ada sesorang yang melihat tingkahku yang aneh. “ah...kau rupanya, 2 minggu yang lalu...terima kasih.” Aku menunduk malu. “hem...” ia mengangguk dengan 1 anggukan. Aku meliriknya dari ujung mataku. Penampilannya sangat sederhana dengan celana jins dan hem warna merah, namun ia terlihat sangat mempesona. Aku pun menunggu bus selanjutnya tanpa percakapan diantara kami. “pagi, Aldo. Kau sangat tampan pagi ini.” Sapa perempuan gemuk di depan kami, diikuti sapaan dan senyuman orang-orang disekitar kami, rupanya semua orang disini telah mengenal cowok ini. “oh! Bukannya perempuan ini yang waktu itu berkata lancang padamu kira-kira 2 minggu lalu?”. Tuduh wanita itu dengan tatapan tajam ke arahku dan ah! Kenapa wanita itu menggunakan tangannya untuk berbicara dengan Aldo? “ti...dak, di..a te....man sa..ya (tidak, dia teman saya)”. balasnya dengan menggerakkan jari-jarinya ketika berkomunikasi. Hey, ada yang aneh disini. “oh. Begitu, sepertinya kau harus berhati-hati dengan ucapanmu, nak. Kau tau ia tidak bisa mendengar, namun kau dengan mudahnya berkata seperti itu.” Wanita itu berkata dengan nada kesal dan berlalu begitu saja. Apa? kenyataan itu telak menghantamku. “apa benar kau....?” “ya”. Ia menganggukan kepala. “jang an..terl..alu...i..pi..kir.an..a..u..sud..ah..mel..upakan..nya (jangan terlalu dipikirkan aku sudah melupakannya). ”ia menggerakkan jari-jarinya. “bodoh...dasar kau bodoh viorta!!!”aku merutuki diriku sendiri. “a...yo, b..us nya su...dah dat..ang..”. (ayo, busnya sudah datang) Aldo berjalan kedepanku, akupun mengikutinya dari belakang dengan masih merutuki diri. ® 2 bulan sudah aku mengenal Aldo, aku semakin akrab dengannya, ia bukan hanya baik dan tampan, ia juga sangat rendah hati dan menyenangkan. Setiap hari ia selalu menjemput dan mengantarku kesekolah (baca: naik bus). semenjak mengenal Aldo, aku menjadi tahu bahasa-bahasa isyarat yang dipergunakan untuk berbicara dengan orang tuna rungu, tapi jika aku masih kesulitan, ia menuliskannya di kertas. “plok...plok...plok...” aku menoleh pada arah tepukan itu, itu pasti Aldo, karena ia selalu menandakan kedatangannya dengan 3 kali tepukan. Hari ini ia akan mengajakku ke Cafe langganan kami. “ah, kau sudah datang?” bau ini, bau parfum yang sangat kukenal, setiap aku mencium bau ini, aku selalu teringat saat Aldo memelukku pertama kali, yang membuatku malu seketika. “ya, a...yo...”. (ya, ayo). Aku bergegas menghampirinya dan berjalan disampingnya. Ketika aku berjalan menuju jalan raya, mataku melihat seorang cowok dan cewek berjalan dengan mesra kearah tempat parkir, bukankah itu Vino dan....Citra! kakak sepupuku, bagaimana bisa mereka...dasar cowok bejat! Aku segera menghampirinya dan siap-siap melontarkan kata-kata pedasku ketika Aldo menarik tanganku menjauh. “lepasin!! Aldo, lepasin!!” namun Aldo masih terus menarik tanganku hingga menuju taman didekat sekolahku. Seketika itu aku langsung lunglai dan berlutut sambil menelungkupkan tangan ke mukaku, “tidak...!! jangan lagi!!” entah kenapa aku menangis tersedu-sedu saat itu, yang aku tau, hatiku sakit, sakit sekali, mungkin aku memang masih menyukai Vino, karena ia cinta pertamaku dan aku sangat menginginkannya dari dulu. Aldo memegang pundakku, dan mengulurkan sapu tangan serta selembar kertas aku tak mungkin menyerahkan semua sapu tanganku padamu kan? Ini saputangan terakhir untukmu. tolong, jangan pernah menangis lagi didepanku, aku tidak mau kau menangis, percuma saja kau menangisi orang yang telah menyakitimu. Aku menoleh padanya dan melihatnya tersenyum, lalu ia menuliskan sesuatu pada Note-nya dan memberikannya padaku. Kau mencintainya? Aku mengernyitkan alis, dan menjawab dengan menunduk. “Aku tidak tahu, tapi sepertinya aku masih mencintainya walaupun ia telah menyakitiku.” Kenapa kau tidak bisa melupakannya? Bukannya sebaiknya kau mencari penggantinya? setidaknya bisa menghapuskan perasaanmu padanya. Pertanyaan apa ini? “Aku tidak tahu, Al. Tapi sepertinya sangat sulit melupakannya, karna, yah...kau tau, sangat sulit mendapatkannya saat itu.” Aku mendengar desahan panjang dari Aldo. Jika sesuatu terjadi padanya, apa yang akan kau lakukan? Maksudku, jika seumpama ia tidak ada didunia ini atau disisimu..., yah..kau tau.. Aku mengerutkan kening semakin dalam, ah..ini hanya pertanyaan biasa kan. “Aku tidak akan merelakannya pergi, dan jika ia tidak ada sekalipun, aku tidak akan melupakannya, karna aku mencintainya, selalu...” Lagi-lagi Aldo menghembuskan nafas panjang, dan kali ini lebih berat. Aku tahu, aku tidak akan membuatmu kehilangannya... Sore itu kami membatalkan rencana kami dan duduk diam dengan pikiran masig-masing. ® Vino : Aku rindu padamu Aku mengerjap 2 kali setelah mendapat sms dari Vino,apa benar ia rindu padaku? Hatiku terlonjak gembira dan mengetik sms pada Aldo. Al, dia sms aku!Vino! Dia sms aku! Dia blg dia rindu padaku, aku seneng bgt, Al :D 5 menit kemudian, Bagus kalo bgt, setidaknya kau tdk menangis lg spt minggu lalu, jd kembalikan 3 saputanganku :p Ah, Aldo. Sahabat yang selalu ada saat aku membutuhkannya... Ternyata kau sangat pelit. Iya, Akan kukembalikan, jam 10 di Cafe biasanya yah. Oke, jam 10 di Cafe Thania. Aku bergegas menuju kamar mandi dengan bersenandung gembira. ® Aku menceritakan kejadian tadi pagi yang berhubungan dengan Vino dan teleponnya yang tak terduga, Aldo tersenyum dan sesekali menanggapi dengan anggukan. “ah, senangnya hari ini.” Aku kembali membayangkan pagi tadi ketika Vino menyapaku dengan suara khasnya yang lembut dan dia masih memanggilku dengan nama itu, Vio... “Vio!! tidak disangaka bisa bertemu denganmu disini”. Aku menoleh dan melihat Vino berdiri dibelakangku. “ah, ya, sangat kebetulan”. Aku tidak menyangka bertemu dengannya disini. “loh, kau kan...” Vino menatap Aldo lekat. “Ta, se..per..ti..nya ak..u ha..rus per..gi, a..da yang ha..rus ak..u ker..jakan”. (Ta, sepertinya aku harus pergi, ada yang harus aku kerjakan). Aldo berdiri dan apa itu? Tangannya mengepal dan tatapannya seperti tidak suka pada Vino. “oh begitu? Urusan mendadak lagi? Oke. Hati-hati yah”. Sekali tatap saja aku tau jika ia berbohong, karna ketika ada urusan mendadak, ia akan menghabiskan waktu setidaknya 10 menit denganku sebelum pergi, tapi untuk kali ini saja, aku ingin cepat menghabiskan waktuku dengan Vino. Aldo mengangguk dan meninggalkan kami, tapi sebelum keluar Cafe aku sempat melihat Aldo menggunakan isyarat mata yang tidak kumengerti pada Vino. ® Kmn saja kau? Knp kau tdk pernah menjemput dan menghubungiku lg? Kau sdh bosan padaku, hah? 3 hari Aldo tidak pernah menghubungi lagi. Hal itu sangat membuatku khawatir, karna ia tinggal di Apartemen sendiri, dan bodohnya aku tidak pernah menanyakan alamatnya!. Padahal baru 3 hari, tapi aku sangat merindukannya, aku slalu teringat wajahnya, tingkah lakunya, semuanya! Dan aku bisa gila jika tidak segera bertemu dengannya. Semakin hari rasa ini bertambah dan akan meluap keluar ketika 1 minggu ia tidak juga menghubungiku. Begitupun Vino, ia juga tidak pernah menghubungiku lagi, kenapa mereka menghilang secara bersamaan? tapi kenapa aku selalu teringat pada Aldo, bukan Vino? Sepertinya ada yang salah disini, apa karna Aldo selalu ada dan menemaniku setiap waktu atau..entahlah, tapi aku rasa bukan hanya itu, apa aku mulai mencintai...ah! tidak mungkin, aku hanya mencintai Vino. Tapi semakin aku berpikiran begitu, hatiku selalu menolak Vino dan menarik Aldo. Benar-benar gila! Hari ke 14 , aku menemukan sebuah Note yang ditempelkan pada kotak suratku. Apa kabarmu, ta ? maaf aku tidak menghubungimu, kau tau, aku sangat sibuk akhir-akhir ini, dan Hpku sedang rusak, bagaimana kabarmu ? Aldo! Syukurlah ternyata dia baik-baik saja. Aku segera mengambil pena dan kertas untuk membalas Note-nya. Hey! Kau tau, kau sudah membuatku khawatir setengah mati, untung kau baik-baik saja. Kabarku tidak akan baik-baik saja ketika kau meninggalkanku!! Saat itu kami berkomunikasi dengan Note setiap harinya. sepertinya ia menempelkannya ketika malam hari, agar aku tidak mengetahuinya, dan sepertinya ia juga menyembunyikan sesuatu dariku. Aku ingin bertemu denganmu, Al. Aku...rindu padamu, entahlah, perasaanku semakin tidak karuan jika tidak melihatmu... Pesanku suatu hari, karena aku tidak bisa membendung perasaanku, aku ingin bertemu dengannya! Harus!, Namun sampai 3 hari Note-ku belum juga dibalas Aldo, hingga aku harus menyalin 3 kali karena hujan November yang turun tanpa diduga. ® Aku duduk diteras jam 9 malam, aku bertekad akan menunggu hingga menemui Aldo. Aku sudah tidak bisa menahan perasaanku lagi, semakin hari semakin bertambah dan bergejolak. “hey, kau...tunggu! sepertinya aku mengenalmu!! Tunggu ! hey!”. Aku segera berlari mendengar suara teriakan dan langkah kaki orang menjauh. “Citra, ada apa?” aku menjajari langkah Citra yang berlari mengejar seseorang. “aku...tidak tahu, ketika aku berjalan menuju rumahmu aku bertemu seseorang dan sepertinya aku mengenalnya, tapi ia tiba-tiba lari ketika melihatku, kalau tidak salah namanya..Aldo, ya Aldo!”. Citra nampak kelelahan berlari. “Aldo?” aku segera mempercepat lariku, meninggalkan Citra dan mengikuti sosok tinggi tegap didepanku. “Aldo! Tunggu! Ini aku!”. Namun Aldo masih terus berlari, apa ia tidak memakai alat pendengarnya? Ketika panggilan kelima, Aldo berhenti berlari, menoleh, dan tersenyum padaku, Tuhan...aku sangat rindu senyuman itu. Aku tersenyum, dan berjalan mendekat padanya, namun dari kejauhan tampak mobil yang melanju sangat cepat, “Aldo! Awas!!!” teriakku diiringi bunyi klakson yang sangat keras. Namun Aldo masih bergeming dan tetap tersenyum padaku. “Aldo, cepat minggir!!” aku menggerakkan tangan mengisyaratkannya menjauh dari situ, tapi terlambat, mobil itu telah menerjang Aldo hingga badannya menggelinding disampingku.“siapa saja, tolonggggg....!!!!” ® Aku berlari mengikuti para suster yang mendorong tubuh Aldo yang berlumuran darah. Mereka melarangku masuk ketika aku ingin menemaninya. Pertemuan yang salah! Aku menangis membayangkan pertemuanku dengan Aldo yang berakibat seperti ini, aku hanya ingin melihatnya, tapi waktu tidak merestui kami. “tidak apa, ia pasti baik-baik saja”. Tiba-tiba seseorang menepuk pundakku dan tersenyum lembut. “citra?”aku memeluknya dan menangis di pundaknya. “kau berutang penjelasan padaku, Citra.” “ya, aku tahu. Aku akan segera menjelaskannya padamu”. Namun ketika Citra akan menjelaskan semuanya, salah satu suster menyuruhku kedalam, Aldo ingin bertemu denganku. Aku segera masuk dan menemukannya terbaring dan tersenyum padaku. Ia menyerahkan sesuatu kertas padaku dengan tulisannya yang berantakan, karena tangannya masih tidak bisa digerakkan dengan baik. Jangan menangis,karena aku tidak akan memberimu sapu tangan lagi. Kau sudah berjanji untuk tidak menangis dihadapanku, bukan?. Aku tidak tau apakah ini waktu yang tepat untuk mengatakannya, tapi aku... “men..cin...tai...mu, Vi..or..ta”. (mencintaimu, Viorta). Aldo mengucapkannya sambil tersenyum. Aku mendongak dan melihatnya meneteskan air mata, aku juga Aldo, aku juga!, namun kata-kata ini seperti menyangkut di tenggorokanku. “Dokter! Keadaanya kritis...kita harus segera melakukannya”. Para dokter terlihat sibuk dan salah satu suster menyuruhku untuk menunggu diluar. 3 jam...2014 Wish, aku ingin Aldo ada disisiku, aku ingin Aldo baik-baik saja, karna aku belum sempat mengucapkan jawabanku padanya 6 jam....2014 Wish, aku mohon, untuk kali ini saja kabulkanlah doaku, aku tidak akan mengharap lebih! Aku berjanji. 8 jam...2014 Wish, aku ingin Desember dan akhir 2013 ini bisa diiringi kebagiaan, bukan tangis. 9 jam...“maaf, kami sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi nyawanya tidak bisa tertolong lagi...”. seketika duniaku menjadi gelap! ® “saya ingin berbicara pada anda, seharusnya saya sudah berjanji, namun saya ingin anda tahu yang sebenarnya.” Dokter memanggilku keruangannya dengan ditemani oleh Citra. “apa itu?” setelah mendengar berita Aldo, nyawaku serasa hilang separuhnya. “kecelakaan itu terjadi ketika Saudara Aldo tidak memakai alat pendengarannya, dan setelah dibawa kemari, ia meminta kami untuk menyumbangkan salah satu ginjalnya untuk Saudara Vino”.aku tertegun dan menoleh pada Citra. Ia sepertinya mengetahui semuanya. “kami sebenarnya sangat keberatan, namun ia memaksa dan merasa percuma saja hidupnya diperjuangkan, karena kemungkinannya sangat tipis, juga saat itu ia dalam keadaan sekarat. Ini pesan singkat yang ditulisnya.” Aku mengambil pesan dengan sisa-sisa keterkejutanku. Kau percaya Reinkarnasi, Viorta? Aku mencintaimu... “Vino, ia terserang penyakit ginjal dari dulu, salah satu ginjalnya tidak dapat berfungsi, ia menyembunyikannya darimu karna ia tidak mau kau kecewa padanya. Tentang hubungannya dengan Nara, itu hanya karangan Vino, dan Nara memeanfaatkan kesempatan ini. Tapi setelah beberapa hari, Vino tidak bisa membendung rindu padamu, ia sangat mencintaimu, maka dari itu ia kembali padamu saat itu. Soal Aldo, Aldo adalah adik tiri dari Vino, namun ia ingin hidup sendiri, karena ia merasa tidak bisa hidup bersama dengan mama Vino. Ia tidak menemuimu waktu itu karena ia harus menemani Vino dan membiayai biaya rumah sakitnya, kau tau, ia sudah menjual apa saja, termasuk HPnya untuk biaya rumah sakit ini, perusahaan ayahnya mengalami masalah, jadi ia yang menanggung semuanya dan ternyata ini jalan yang dipilihnya. Satu lagi, dari tatapannya aku sudah bisa mengetahui kalau Aldo sangat mencintaimu, mungkin dari dulu”. Aku berlutut, air mata turun satu persatu. Aldo, kenapa kau tidak pernah mengatakannya padaku.. “Jika sesuatu terjadi padanya, apa yang akan kau lakukan? Maksudku, jika seumpama ia tidak ada didunia ini atau disisimu..., yah..kau tau.”. “Aku tahu, aku tidak akan membuatmu kehilangannya...” tiba-tiba aku aku teringat kata-kataku dengannya waktu itu, dulu aku berbicara seperti itu karena aku masih mencintai Vino, tapi sekarang aku sadar, aku mencintai Aldo, bukan Vino. Dan biarkan aku menangis, aku berjanji tidak menangis didepanmu, namun biarkan aku menangis dibelakangmu. “Aldoooo!!!”. ® Aku berlutut didepan gundukan tanah yang bertuliskan Aldo Siantra Reynaldi dengan ditemani Vino disampingku. 2014 wish, aku ingin ia baik-baik saja disana, 2013 wish, aku ingin ia bahagia disana, 2014 wish, aku ingin ia tau bahwa aku selalu mencintainya, 2014 wish, ini adalah akhir tahun 2013 tersuram dihidupku... “ka..kak se..dang ap..a di...si..ni?” (kakak sedang apa disini?). aku menoleh pada anak kecil disebelahku. Aldo, sekarang aku percaya Reinkarnasi. -END-

readmore »»

Maaf, aku menyayangimu

.
0 komentar

Kenapa harus dengannya? Tidak bisakah kau menyukaiku juga? Bukankah wajahnya sama denganku? Kisah ini ketika aku masih SMP dan masih lugu. Aku adalah seorang yang agak pendiam waktu itu, lebih suka menghabiskan membaca buku dan merenung berjam-jam daripada berkumpul dengan teman lainnya. Aku duduk sebangku dengan Susi, ia sangat pendiam dan pintar, bisa dibayangkan kan orang pendiam didekatkan dengan orang pendiam juga? Pendiam besar!. Walaupun begitu kami selalu menjaga komunikasi, walaupun itu hanya sepatah dua kata, tapi aku nyaman menjalaninya. Kira-kira pada bulan juni, pertemuanku dengannya dimulai. Saat aku akan ke kamar mandi sekolah, ada kakak kelas perempuan berkata padaku, “dek, ada anak yang suka kamu. Besok kamu tunggu suratnya.” Sontak pipiku merah seperti kepiting rebus saat itu. dan esoknya ternyata ada surat cinta yang dititipkan kakak kemarin padaku. Baru kali ini aku menerima surat cinta yang diberitahukan sebelumnya, biasanya surat cinta yang ku terima selalu terselip di tas ataupun diserahkan langsung padaku, entah surat cinta keberapakah ini. Sungguh unik cowok ini, pikirku waktu itu. dalam suratnya yang pertama, ia memintaku menemuinya besok dibelakang pasar kota jam 2 sore. Aku terlonjak kaget, aku tidak pernah ketemuan dengan cowok sebelumnya! Bagaimana ini?. esoknya sepulang sekolah aku bingung harus menemuinya atau tidak, disamping aku malu, aku tidak pernah menghiraukan cowok sebelumnya, tapi yang ini rasanya berbeda, lalu pukul setengah 4 aku mencoba lewat didepan pasar kota, ternyata ia tidak ada disana! Apa ia berbohong padaku? Atau ia kelamaan menungguku? Hatiku sangat kecewa. Aku berangkat sekolah seperti biasanya, aneh, sepertinya aku merasakan ada yang mengikutiku dan mengawasiku, ah! Mungkin hanya perasaanku saja. Ketika aku kembali kekelas setelah istirahat, aku terkejut ketika melihat ada surat dalam tasku yang berisikan. “kemana saja? Aku menunggumu dan mengitari seluruh pasar kota berkali-kali, tapi kamu tidak ada disana”. itu dia! Mataku awas mengamati sekelilingku, siapa yang menaruhnya disini? Dalam tasku?. Aku belum bisa berpikir jernih ketika Guru masuk kekelas, dan selama perlajaran itu, aku tidak bisa berkonsentrasi, seperti ada yang mengawasiku, dan mengintipku di jendela sampingku. “Dek, udah tau anaknya? Namanya Radit, anak kelas delapan.” Aku dicegat oleh kakak kemarin ketika akan menuju ruang guru. “be...lum kak.” Jawabku tergagap. Dengan reflek kakak itu melambai pada seorang temannya. Oh God! Kenapa aku gemetaran?. Cowok itu menuju arah kami, aku semakin tegang. “dek, ini dia yang namanya Radit.” Aku mengawasinya tersenyum malu-malu padaku, badannya tinggi, agak putih, ganteng! Itulah kesan pertamaku. Dan dengan langkah lebar aku berlari meninggalkan mereka, entah apa yang aku lakukan, aku sering begitu jika salah tingkah dan malu. Aku berlari sekuat tenaga menyembunyikan detak jantungku. “bodoh, kau isabel!!!” rutukku dengan mengetuk kepala. Mulai hari itu aku mulai berhubungan dengannya, dia meng-sms aku, entah ia tau nomer handphone ku darimana, tapi aku senang mendapat sms darinya, ternyata ia adalah cowok yang supel dan lucu, aku merasa nyaman dengannya. Delapan sudah bulan aku masih berhubungan dengannya, tetapi kami tidak pacaran, sepertinya aku belum siap melakukan pacaran, seumur-umur aku tidak pernah pacaran, aku sangat takut dengan istilah itu. Radit mempunyai teman, Wawan dan Rama, yang juga temanku. Kebetulan Wawan dekat bahkan pacaran dengan sahabatku Vivi, dan kakak kembarku Arabel dekat dengan Rama, jadi kami sangat dekat dan selalu bersama. Tidak seperti anak SMP biasanya, kami hanya sekedar menonton dari jauh ketika mereka manggung band. Saling sapa dan pulang bersama, hanya itu. Radit menjadikan hariku lebih bewarna, ia selalu bisa membuatku senang. Pernah ia menggambar wajahku dan diletakkan dipigora (sampai sekarang masih aku tempel didinding rumahku). Ia mengatakan suka ketika melihatku memakai rok dan rambut terurai, ah! Baru kali ini ada yang mengawasiku seperti itu. Dan rasa bosan itu muncul tanpa diduga, aku bosan dengan sms-nya yang setiap detik dikirimkannya padaku, aku bosan dengan tingkahnya yang selalu memaksaku bilang sayang padanya yang sebenarnya tidak aku inginkan, aku suka padanya, tapi rasa sayang sepertinya tidak benar. Ia juga semakin hari semakin membosankan dengan tingkahnya yang seperti itu. tapi aku mencoba menyingkirkan pikiran semacam itu, aku berusaha menyayangnya juga, seperti ia menyayangikuku, dan lama kelamaan hal itu berhasil, aku mulai sayang padanya. Tapi tak tahu kenapa, sepertinya aku merasakan ada sesuatu yang...entahlah sepertinya ia menyembunyikan sesuatu padaku. Dan ternayata benar! Ada sesuatu yang salah dengannya, seperti ada petir disekitarku ketika aku tak sengaja membaca sms dia dari handphone kakakku, Arabel yang bertuliskan bahwa sebenarnya dari dulu ia menyukai kakakku, bukan aku, ia menyukaiku karena aku dulu pendiam dan seperti tidak punya teman. Ah alasan! Aku begitu marah sampai-sampai ingin membanting HP-nya, aku tahu sekarang! Rupanya ia dari dulu mengincar kakakku, tapi kakakku sudah ditaksir lebih dulu oleh temannya, Rama. Ia hanya menggunakanku untuk dekat denganku! Itulah kesimpulan yang dapat aku ambil. Aku begitu marah dan frustasi, sampai aku tidak mau bertegur sapa dengan kakakku dan memilih diam dan menangis sendiri ditempat sepi. Aku bertanya padanya, ia kaget dengan pertanyaanku, aku mengatakan padanya, tidak apa, kejar dia. Nyatakan padanya. Dan apa yang ia lakukan? Ia menuruti kata-kata ku! Bodoh! Aku berharap ia akan kembali padaku dan mengatakan padaku kalau itu hanya salah paham, tapi ia malah mengatakan cinta pada kakakku, hatiku tersayat, perih. Mengetahui itu, kakakku marah dan langsung menolaknya. Dan berita itu telah diketahui oleh semuanya, Rama marah besar, kakakku merasa tidak enak padaku, Radit bingung harus bingung karena dimusuhi Rama, dan karena aku dan kak Arabel menjauhinya. Tapi yang lebih sakit aku! Aku yang menjadi korban. Aku yang dengan bodohnya mudah dibohongi dengan kata-kata cinta dan perhatiannya selama ini, itu semua palsu. Untuk apa semuanya yang ia lakukan kalau itu hanya kebohongan?. Aku muak dengannya, muak melihat wajahnya! Aku putuskan untuk berganti nomor dan menghapus kenangannya, rasa sayang serta wajahnya dari ingatanku

readmore »»

Cerita Mini "When I See You Smile"

.
0 komentar

Berjanjilah untuk terus tersenyum padaku... Kenaikan kelas 3 SMP waktu itu aku sangat senang, karena aku akan naik ke kelas 1 SMA. Aku melihat papan pembagian kelas. Aku masuk kelas 9F dengan.. woaa...rupanya kelasku ini bakal ada banyak cowok-cowok ganteng dan keren. Bukannya apa-apa, tapi kalau dikelas banyak cowok kerennya kan bisa melek ini mata. Hehe... Aku duduk di bangku paling depan dengan sahabatku, Vivi. Aku mengedarkan wajah kesekeliling dan tatapanku terpaku ketika melihat seorang tertawa dengan anggun, sinar matahari pagi menyilaukan wajahnya, menambah efek dramatis dan natural darinya. Pahatan wajahnya sangat sempurna. Ah! Bagaimana ada cowok seganteng itu! oke, itu konyol, tapi waktu itu aku memang merasakan hal seperti itu. aku menyimpan senyumannya yang indah itu dimemoriku. Senyuman pertamanya yang membuatku lupa diri. Aku tidak bisa berkonsentrasi akibatnya, dan tidak menyadari bahwa guru dan anak sekelas sedang memilihku menjadi bendahara dengan dia! Valen! Hari-hariku dengan Valen berjalan dengan biasa, aku hanya sekedar partnernya. Disekolah aku memang banyak dikenal dikalangan cowok dan cewek, tapi Valen lah yang lebih dikenal. Siapa saja pasti tahu dia, bukan hanya baik, dia rendah hati meskipun ia kaya. Ia juga tidak pernah membedakan teman, baginya semua sama. Ah! apa sih yang ada dalam pikiranku ketika SMP waktu itu. Tapi semakin bertambah hari aku semakin dekat dengannya, entahlah bagaimana bisa itu terjadi. Tepat seperti dugaanku! Ia sempurna luar dan hatinya! Aku sungguh beruntung bisa dekat dengannya. Aku bisa lebih dekat menikmati senyumannya. Tapi gosip-gosip murahan itu muncul. Aku digosipkan sudah pacaran dengan Valen, oke, kami dekat, tapi tidak akan mungkin bersama. Meskipun aku sudah menjelaskan berkali-kali, mereka tidak akan percaya denganku. Karena kedekatan kami sudah menjawab semuanya. Tapi syukurlah Valen tidak mengambil pusing, ia tidak mendengarkan gosip itu. sampai suatu saatnaku bertanya padanya. “kamu punya pacar?.” Tanyaku. “enggak, aku nggak mau pacaran dulu sampai lulus SMA.” Jawabnya yang entah membuat wajahku murung. “kalau kamu?” tanyanya spontan. “nggak, aku nggak punya, mantan aja nggak punya.” 1 semester kami lewati bersama, dan benih-benih cinta itu muncul tak terduga, bagaimana ini? aku jatuh cinta padanya!. Dan hubungan kami sepertinya juga berbeda, aku sering melihatnya salah tingkah ketika tertangkap basah mengawasiku, dia slalu mengikuti kemana aku pergi, ia juga lebih sering mencurahkan perhatiannya secara blak-blakan padaku, aneh, ini seperti bukan Valen yang biasanya. Tapi aku terus bersikap biasa saja, tentu saja untuk menutupi rasaku padanya. Berita mengejutkan terdengar ditelingaku, membuatku tak percaya. Mana mungkin? Valen? Tapi berita itu dikatakan oleh tetangganya, dan saudara pacarnya. Aku berlari dan menemuinya dikelas. “kenapa berbohong padaku?” aku berbicara dengan nada biasa tapi terdengar seperti kemarahan. “apa maksudmu?” katanya tak mengerti. “katamu kau tak punya pacar, tapi apa? kamu punya pacar kan?” mataku memerah, dadaku perih. Tidak tahu kenapa aku ingin menangis watu itu, tapi hatiku memang sakit. Ia diam tidak bisa menjawab, aku langsung meninggalkannya dan menuju bangkuku dan menutup mukaku, berharap bisa membuat air mata sialan ini tidak keluar. Esoknya aku mencoba menjauh darinya. Aku akan menghapusnya dari ingatanku semampuku. Aku tidak mau mengganggu hubungannya, sudah cukup sampai disini, kemarin sudah jelas. Aku diam, dan memasang wajah biasa, tapi selalu bisa membuat anak-anak berkata aku murung, aku tidak peduli! Valen mendekatiku, tapi aku menjauhinya, ia mengajakku ngobrol tapi aku pura-pura tidak mendengarnya. Sampai ia bertanya pada Vivi, “dia kenapa sih? Aneh...” Aku masih bersikap seperti itu sampai beberapa minggu selanjutnya. Aku mencoba melupakannya, tapi tidak segampang itu! entah sejak kapan ia berhasil menempati tempat dihatiku. Aku ingin marah, tapi tidak tahu harus marah pada siapa, sampai kakak kembarku bingung dengan tingkahku. Dalam waktu melupakan Valen, banyak cowok yang mendekatiku dan mencoba menjadikanku pacarnya. Mungkin kalau aku memilih salah satu dari mereka, aku akan bisa melupakan Valen, tapi ternyata perkiraanku salah, aku menyadari tidak ada yang sesempurna Valen. Ditambah lagi aku tidak pernah pacaran. Ah!! Benar-benar memusingkan! Mana senyumanmu? kenapa dengan wajahmu?. Aku merasakan sesuatu yang berbeda padanya. Sepertinya ia sedang ada masalah. Dengan siapa? Pacarnya? Hatiku perih ketika mengingat kejadian itu, rasa cemburu masuk dalam hatiku. Aku mencoba datang padanya dan menghiburnya dengan dibantu temen-temanku. Well, aku masih marah padanya, tapi kalau aku tidak melihat senyumannya, aku bisa gila! Ia bilang, ia putus dengan pacarnya. Sepertinya ia tidak bahagia dengan dia. Rasa bahagia masuk begitu saja. Ia menghabiskan waktunya denganku. Kami saling sms, dan dia mulai terang-terangan menyatakan sukanya padaku pada teman-teman! Dan pada tanggal 19 november 2010 ia menembakku lewat sms dengan kata-kata cinta yang payah, panjang dan berbelit-belit. Aku tahu ia belum ahli dalam urusan pacaran. Aku bilang padanya aku akan berpikir dulu. Padahal tanpa berpikir pun aku tahu aku akan bilang ya. Tapi aku ingin melihat keseriusannya, dan itu semua sudah menjawab keraguanku padanya, tepat tanggal 23 november 2010 kami pacaran. Hatiku sangat bahagia, aku tidak menyangka bisa memiliki Valen. Seperti mimpi saja. Seluruh sekolah gempar dengan kabar bahwa kami resmi jadian. Aku tersiksa dengan pelototan tajam dari fans-fans Valen. Sampai-sampai ada yang tidak terima dengan itu. sebaliknya, Valen juga menerima tatapan tidak suka dengan cowok-cowok yang menyukaiku. Aku tahu ini hanya cinta monyet, tapi aku benar-benar menyayanginya, bisa melihat senyumannya saja sudah menghangatkan hatiku. Dia adalah anugerah terindah yang Tuhan berikan padaku. Dan cinta monyet itu ada dari 23 November sampai sekarang...... *Berdasarkan Cerita nyata saya*

readmore »»

Kamis, 12 Desember 2013

Cerpen "Diary"

.
0 komentar

Udara malam menyentuh kulitku perlahan, aku menunggunya hingga keluar dari tempat itu, menunggu untuk melihat wajahnya, melihat senyumannya, hidungnya, matanya, melihat...ah, sepertinya semua tentang dirinya ingin sekali kulihat. Itu dia!. Ia keluar dari tempat les piano itu, aku menatapnya lekat, tak ingin melewatkan saat-saat berharga seperti ini. Ah, dia masih setampan hari kemarin, minggu kemarin dan bulan kemarin . aku harus kesini lagi, sepertinya aku belum puas memandanginya 10 bulan ini. Aku masih ingin terus, terus dan terus menikmati wajahnya yang teduh itu. 1 Oktober... Diary, Kali ini aku menunggunya tepat di depan pintu les pianonya, aku ingin melihatnya dari dekat. kau tau, lututku bergetar hebat ketika melihatnya keluar dari sana, Ia menatapku dan tersenyum lembut padaku, Tuhan, serasa aku terbang diawan. 3 Oktober... Diary, seperti kemarin, aku menunggunya ditempat biasa, aneh, kenapa jam segini ia belum keluar? Padahal ini sudah terlalu malam, sudah 5 jam aku menunggunya disini. Aku hampir saja meninggalkan tempat itu ketika ia berjalan keluar dari tempat itu dengan wajah lesu dan sedih, kenapa dengan wajahnya?. Ry, entah kenapa, tapi melihatnya seperti itu, tiba-tiba aku merasa sakit dan nyeri. 10 Oktober... Argh!! aku ingin bertemu dengannya, aku sudah kangen setengah mati padanya! Tapi tugas-tugas terus menumpuk, terpaksa aku harus menahan bertemu mr. Charmingku, sialll! 11 Oktober... Aku menunggunya lagi, tapi hingga larut aku tidak menemukannya. Sepertinya ia sudah pulang. 01 November... Diary, aku kehilangan wajah tampannya beberapa minggu ini, kau tau dimana dia, Ry? Ah, kau hanya bisa mendengarku! Kadang aku ingin kau berbicara bukan hanya mendengar curhatanku!!. Lihat! Aku sudah gila sekarang. 05 November... Aku tidak tahu kenapa, tapi hatiku semakin tidak karuan karenanya. Sudah hampir 1 tahun ini aku memperhatikannya, Aku tidak mungkin menyimpan ini terus menerus kan?. Aku harus melakukan sesuatu malam ini, ya. Harus! Sekarang atau tidak selamanya. © Malam ini aku menghampirinya dengan membawa sebuah kertas yang bertuliskan “aku mencintaimu” dibelakang punggungku. Ia mengetahui kedatanganku dan tersenyum. “hey, kau masih saja menunggu disana, mencari seseorang?, Sebagai kakak aku harus menjagamu bukan?”. Aku menatapnya bingung. “ah, maksudku calon kakak, bukannya kau akan menjadi adikku?” ia tersenyum lembut. Kenyataan itu telak menghantamku, bagaimana bisa? Aku jatuh terduduk dan memegang dadaku, sakit!. Aku terisak perlahan, tidak mungkin. Ia akan menjadi pacarku! Bukan menjadi kakakku! “hey? Kau tak apa?” Mr. Charming berlutut dan memegang pundakku, tapi aku menepisnya dengan kasar. Aku berlari meninggalkannya dengan terisak. dan Membiarkan kertas yang aku bawa menghilang begitusaja. © 18 November... Aku tinggal satu rumah dengan Mr. Charmingku. Setiap kali aku bertemu dengannya aku memasang wajah seolah-olah aku tidak suka padanya, kautahu? aku melakukannya agar ia tidak tahu perasaanku yang sebenarnya. “hey Kristy! aku ingin berbicara denganmu!”. Ravi, Mr. Charmingku memanggilku. Aku menoleh padanya dan memasang wajah tak suka. “kenapa kau seperti tidak menyukaiku? Kau tak pernah berbicara padaku, kau slalu diam dan lebih senang berbicara pada Diary itu daripada aku!!.” Aku melotot padanya. “bicaralah padaku, aku ingin mendengar suaramu.” Katanya memelas. Aku mengambil kertas serta pulpen, menuliskan sesuatu dikertas itu dan memperlihatkan padanya. “AKU TIDAK BISA BERBICARA! AKU TIDAK PUNYA PITA SUARA, TAK TAUKAH KAU DARI AYAHKU?”. Ia tampak terkejut, namun aku tidak mempedulikannya. Aku berlari ke kamar, menutup pintu dengan keras dan menangis sejadinya. © Aku keluar kamar untuk mengambil minuman, dan tak percaya ketika melihat Ravi tidur dengan...memeluk diaryku!. Aku menghampirinya, mengambil buku dari pelukannya, dan membukanya, aku terkejut melihat isinya. 1 Oktober... Aku melihatnya didepan pintu les pianoku, aku memberikan senyum padanya, ia nampak gembira, dan seperti terbang ke awan. 3 Oktober... Aku pulang terlambat, karena pertunjukanku akan dilaksanakan sebentar lagi, tapi malam itu aku terus menerus melakukan kesalahan, hingga semuanya memarahiku. Ketika aku keluar, aku melihatnya menatap prihatin padaku. 10 November... Aku tidak menemukannya menunggu didepan lagi, entah kenapa hatiku terasa hampa ketika aku tidak melihat wajah cantik dan lugu itu duduk dibangku panjang dekat taman itu. 11 Oktober... Aku berlatih dan terus berlatih hingga hampir pagi, aku memang berlatih seorang diri, agar aku bisa maksimal tampil dalam pertunjukan yang aku cita-citakan dari dulu, namun ketika aku keluar, ia masih tidak ada disana. Bodoh! Ini kan sudah dini hari! 01 November... Pertunjukanku dilaksanakan beberapa minggu, karena aku harus melaksanakan pertunjukan di 5 kota. Dalam waktu selama itu aku sangat merindukannya dan bisa gila jika tidak melihatnya. 05 November... Malam itu aku akan menyatakan perasaanku, namun aku gugup dan tidak sanggup berbicara, jadi aku katakan saja kalau aku akan menjadi kakaknya, karena memang seperti itu sebenarnya. Aku melihatnya menangis dan melihat sebuah kertas jatuh dalam genggamannya, yang bertuliskan, Aku Mencintaimu. Aku tertegun melihat tulisan Ravi, ia menjawab setiap diary yang aku tulis! Aku mengangkat wajah dan melihat Ravi menatapku hangat. Aku memeluknya dan menangis sejadinya. Biarkan aku menumpahkan rasa ini padanya, untuk kali ini saja. Besok aku akan menerimanya sebagai kakak tiriku. Karena takdir lebih kuat dari cinta. takdir tidak mengijinkan kita bersatu.

readmore »»

Sabtu, 09 November 2013

Perbandingan akuntansi manajemen dan akuntansi keuangan

.
0 komentar

Perbandingan akuntansi manajemen dan akuntansi keuangan

Perbedaan antara akuntansi manajemen dan akuntansi keuangan termasuk:
  1. Akuntansi manajemen memberikan informasi kepada orang-orang dalam suatu organisasi sedangkan akuntansi keuangan terutama bagi mereka yang di luar itu, seperti pemegang saham
  2. Akuntansi keuangan diperlukan oleh hukum sedangkan akuntansi manajemen tidak. Standar khusus dan format mungkin diperlukan untuk akun hukum seperti dalam Standar Akuntansi Internasional di Eropa.
  3. Akuntansi keuangan meliputi seluruh organisasi sedangkan akuntansi manajemen mungkin lebih fokus kepada produk tertentu atau pusat biaya.
Akuntansi manajerial digunakan terutama oleh orang-orang dalam sebuah perusahaan atau organisasi. Laporan dapat dihasilkan untuk setiap periode waktu seperti harian, mingguan atau bulanan. Laporan dianggap "mencari masa depan" dan telah meramalkan nilai bagi mereka yang ada di dalam perusahaan.
Akuntansi keuangan digunakan terutama oleh orang-orang di luar perusahaan atau organisasi. Laporan keuangan biasanya dibuat untuk jangka waktu yang ditetapkan, seperti tahun fiskal atau periode. Laporan keuangan secara historis faktual dan memiliki nilai prediktif untuk mereka yang ingin membuat keputusan keuangan atau investasi dalam suatu perusahaan.
Akuntansi manajemen adalah cabang akuntansi yang terutama berkaitan dengan laporan keuangan rahasia untuk penggunaan eksklusif dari manajemen puncak dalam sebuah organisasi. Laporan ini dibuat dengan menggunakan metode ilmiah dan statistik untuk sampai di nilai moneter tertentu yang kemudian digunakan untuk pengambilan keputusan. Laporan tersebut dapat meliputi:
  • Laporan perkiraan penjualan
  • Analisis anggaran dan analisis komparatif
  • Studi kelayakan
  • Laporan konsolidasi dan merger
Akuntansi Keuangan, di sisi lain, berkonsentrasi pada produksi laporan keuangan, termasuk persyaratan pelaporan dasar profitabilitas, solvabilitas likuiditas, dan stabilitas. Sifat laporan ini adalah dapat diakses oleh pengguna internal dan eksternal seperti pemegang saham, perbankan dan para kreditur.

readmore »»

Selasa, 25 Februari 2014

BERSYUKUR SETIAP SAAT

Diposting oleh Unknown di 19.50 0 komentar
Dari begitu bangun pagi dikamar lantai atas sampai turun ke lantai bawah, sudah berapa kali saya mengucapkan terima kasih dan bersyukur? Mungkin sudah lima kali sampai tujuh kali. Dalam satu hari? Berapa kali saya berterima kasih dan bersyukur di dalam hati? Berapa kali saya ucapkan dengan lantang bersuara dengan orang lain? Mungkin bisa 50 sampai 100 kali, bisa jadi lebih, karena tidak saya hitung. Tidak praktis kedengarannya? Kok ya aneh mengucapkan terima kasih sampai puluhan kali dan satu hari? Bahkan ratusan kali? Jawabanny mudah saja: dengan berterima kasih dan bersyukur, kita selalu mencari sisi positif, maka diri kita menjadi semakin positifd dalam melihat segala sesuatu. Pasti ada putih setitik di dalam hitam kelam dan ada hitam setitik di dalam putih bersih. Dengan selalu mengingat kelimpahan kita, otak kita mencetak keyakinan (bealive) bahwa memamng benar kita hidup dalam kelimpahan. Maka semua perbuatan kita didasari oleh keyakinan ini, termasuk presepsi diri kita sebagai personifikasi dari sukses. Lantas, sampai kapan perlu mengucapkan terima kasih? Dan bersyukur berpuluh-puluh kali tersebut? Sepanjang hayat. Ah, tidak praktis, mungkin ada yang berpendapat demikian. Sekali lagi bahwa ini tidak mengajarkan untuk sukses dalam semalam, namun dengan mengubah mindset (pola pikir) maka segala faktor eksternal yang sering menjadi atribut orang sukses akan datang dengan sendirinya bagaikan arus sungai. Berterima kasih dan bersyukur toh tidak memerlukan modal uang maupun sumber daya apapun. Intinya hanya, yaitu kemauan keras untuk mengubah diri. Jangan pikirkan “pahala” yang Anda dapat dari perbuatan ini dulu. Jangan pula mengharapkan nasib akan berubah dalam sekejap. Yang jelas, dengan mengucapkan terima kasih kepada orang lain tanpa ada rasa keterpaksaan dan rasa canggung saja sudah merupakan jembatan kita ke dalam hati orang itu. “Terima Kasih” tidak akan pernah ditolak orang lain, malah biasanya disambut dengan senyuman lebah dan hati yang sedikit lebih lembut dari pada sebelumnya. Ini saja sudah merupakan magnit yang bisa membantu kita semua adalam memproyeksikan diri yang sukses ke luar. Jadi, jika ada keragu-raguan dan ke-engganan untuk berterima kasigh dan bersyukur dalam skala dan frekuensi luar biasa, maka sebaiknya Anda urungkan niat Anda untuk menjadi personifikasi dari sukses itu sendiri. Amin ...

Jumat, 13 Desember 2013

2014 Wish

Diposting oleh Unknown di 18.56 0 komentar
Aku melirik sebal kearah cowok disebelahku, dia terus saja menghalangi jalanku, seolah-olah ini jalan miliknya yang dapat dinikmatinya seorang diri. “permisi, bisa minggir sedikit saja?”. ucapku sehalus mungkin, berusaha menyembunyikan nada jengkelku. Tapi ia masih tetap saja menghalangi jalanku setelah 3 kali aku mengulangi kata-kataku. “mas, tolong minggir sedikit, saya butuh jalan!! Mas ini budek atau gimana sih?!!”aku melengos dan menabrak bahunya dengan keras. Aku melihat orang-orang disekitarku menatapku dengan kesal dan marah. Hey! Seharusnya mereka marah pada lelaki ini, bukan padaku. Dasar orang-orang aneh! Aku melirik jam tanganku, aku akan terlambat kali ini!. Aku berlari dengan cepat menuju gedung pertunjukan, aku harus cepat, sebelum Mr. Brian marah-marah dan tidak akan menunjukku lagi menjadi pemain utama pertunjukan nanti jam...oh shitt! Sekarang sudah akan dimulai. Aku mempercepat lariku tanpa memedulikan orang yang menatapku dengan bingung. Sebentar lagi...sebentar lagi Viorta, kau akan menjadi pemain terhebat hari ini dan akan menjadi pusat perhatian. Aku melihat pintu pertunjukan tepat didepanku. Tapi tak berapa lama....BUKKK..aku merasa menabrak sesuatu yang cukup keras dan terjatuh kebelakang. “aduh...pantatku...kakiku..aduh...dadaku, panasss!!”aku mengeluh beberapa kali, kulihat bajuku kotor dan dadaku terasa panas. Baju pentasku? tidak! Apa ini ? oh my God! Itu kopi panas!!. “apa yang kau lakukan pada bajuku? Kau tak tau, hari ini aku akan mengikuti pertunjukan besar?! Tapi apa yang kau lakukan? Kau menghancurkan semuanya!!”. Suaraku meninggi. “tunggu dulu, aku sepertinya mengenalimu.ah! kau orang yang di halte tadi, apa kau tidak bisa berhenti membuat pagiku senang sedikit?!”. Aku mengambil nafas panjang. Mencoba menenangkan diri. Dia kelihatan bingung atas perkataanku. Membuat aliran darahku semakin naik. Tapi dengan lirih aku bisa mendengar dia berbicara sesuatu. “ma...af”. “apa? maaf? maaf saja tak cukup bagiku! Apa maaf bisa mengembalikan bajuku bersih seperti semula? Apa bisa membuat dadaku tidak melepuh? Apa bisa membuat sekujur tubuhku tidak sakit seperti semula?!”. Emosiku kembali tersulut. “ma....af”. ia mengucapkannya dengan terbata-bata. Ia mengambil sesuatu di saku celananya dan menyerahkan sapu tangannya padaku. “tidak, terima kasih. Aku hanya ingin kau tidak muncul kembali di hadapanku dan merusak hariku”. Aku bergegas berlari meninggalkannya, namun aku merasa ada tangan besar menarik lenganku. Sontak aku menoleh dan melihat lelaki itu meletakkan sapu tangan dalam genggaman tanganku. Ia menepuk pipiku dengan lembut dan menatap mataku dengan senyumnya yang tulus, indah dan...tampan! lalu pergi dengan langkah santai. ® “tidak....hikk...ini..hikk..sangat tidak mungkin...!!”. aku menangis tersedu-sedu, mengingat 3 jam yang lalu, ketika aku memasuki pertunjukan dan aku melihat pertunjukan sudah dimulai. Bagaimana bisa? tanpa peran utama? Namun aku melihat Nara memasuki panggung dengan baju pentas yang lebih indah dariku dan memasang senyum kemenangan dibibirnya. Nara! Sifatmu tidak berubah! Ah, aku ingat, kemarin kau telah memutar jam bekerku lebih siang dan sengaja mengajaku jalan-jalan hingga malam, dan..oh apakah telepon malam-malam itu juga skenariomu? Kau benar-benar licik Nara. Aku melihat adegan demi adegan dengan menahan air mata yang berdesakan ingin keluar. Seharusnya aku yang ada diatas sana, seharusnya aku yang bergandengan dengan Vino, yang berperan sebagai kekasihku didalam panggung, maupun dikehidupan nyata. Seharusnya aku yang mendapat sambutan meriah itu, seharusnya aku yang mereka foto, seharusnya.... ”arghhh....!!!”aku menjambak rambutku dengan keras agar sakit hati ini lebih terimbangi dengan sakit dikepalaku. Pikiranku kembali ketika pertunjukan usai, Mr. Brian marah besar dan sangat kecewa denganku. Aku tidak tau apakah aku akan tetap bisa bertahan setelah ini. Aku hanya mendengarnya dengan menunduk, menyembunyikan air mataku. Ketika aku meninggalkan tempat itu, Vino menghampiriku dan memutuskan hubungannya denganku tanpa sebab, dan disusul dengan Nara yang bergelayut mesra dilengan Vino. “PLAKK!!!” aku mendaratkan tamparan cukup keras pada Vino. Aku melihat darah segar di ujung bibirnya yang indah. Bagus, setidaknya itu lebih ringan daripada sakit hatiku sekarang ini, cowok tidak tahu diuntung!. Nara terlihat tidak suka dengan tindakanku dan akan membalasku ketika aku mendahuluinya dengan tamparan cukup keras. Kita seimbang cewek ganjen!. Aku berlari, terus berlari hingga sampai ditaman ini. Menangis sampai sakit hati ini hilang. “jang..an men..ang..iss”. aku menoleh mendengar suara yang aneh serta tidak jelas disampingku dan melihat cowok tadi pagi menyodorkan saputangan tanpa menoleh ke arahku. Aku mengambil sapu tangan ditangannya dan mengelap seluruh mukaku yang basah. “cita-cita hilang, orang yang kita cintai meninggalkan kita begitu saja, sahabat yang kita percaya menghianati kita, sakit sekali rasanya”. Aku mengepalkan tangaku dan memukul dadaku sendiri. Cowok itu menatapku dengan bingung. “sakit sekali!! Nara, kau tau aku menginginkan peran itu, tapi kau merebutnya, kau juga tau aku sangat mencintai Vino sejak aku SD, tapi kau merebutnya juga, kau merebut semua yang kumiliki!. Naraa...taukah kau...ahhhhh ”.aku menjerit dan menangis sejadinya dengan memukul tanganku lebih keras dari sebelumnya ke dadaku. Tak diduga tubuhku telah bergeser posisi, aku mencium aroma musk, dan baru menyadari bahwa aku ada dalam pelukan tubuh maskulin cowok itu. Aku mencoba melepaskan diri, namun ia semakin mengencangkan pelukannya “tak...aa..pa..”. aku sadar aku menangis dengan keras dan menyedihkan dipelukan cowok yang tidak kukenal itu, tetapi aku merasa nyaman. Nyaman sekali. ® “aduh...maaf, ah...aduh..duh...” aku berusaha melewati desakan orang-orang yang berebut ingin menaiki bus. namun seberapa cepat aku berlari, seberapa banyak aku menabrak orang disekitarku, Bus itu telah meninggalkanku dengan menyisakan asap kenalpotnya. “ah...!! siall !! sialll!!”. Aku mencak-mencak sendiri dan baru menyadari ada sesorang yang melihat tingkahku yang aneh. “ah...kau rupanya, 2 minggu yang lalu...terima kasih.” Aku menunduk malu. “hem...” ia mengangguk dengan 1 anggukan. Aku meliriknya dari ujung mataku. Penampilannya sangat sederhana dengan celana jins dan hem warna merah, namun ia terlihat sangat mempesona. Aku pun menunggu bus selanjutnya tanpa percakapan diantara kami. “pagi, Aldo. Kau sangat tampan pagi ini.” Sapa perempuan gemuk di depan kami, diikuti sapaan dan senyuman orang-orang disekitar kami, rupanya semua orang disini telah mengenal cowok ini. “oh! Bukannya perempuan ini yang waktu itu berkata lancang padamu kira-kira 2 minggu lalu?”. Tuduh wanita itu dengan tatapan tajam ke arahku dan ah! Kenapa wanita itu menggunakan tangannya untuk berbicara dengan Aldo? “ti...dak, di..a te....man sa..ya (tidak, dia teman saya)”. balasnya dengan menggerakkan jari-jarinya ketika berkomunikasi. Hey, ada yang aneh disini. “oh. Begitu, sepertinya kau harus berhati-hati dengan ucapanmu, nak. Kau tau ia tidak bisa mendengar, namun kau dengan mudahnya berkata seperti itu.” Wanita itu berkata dengan nada kesal dan berlalu begitu saja. Apa? kenyataan itu telak menghantamku. “apa benar kau....?” “ya”. Ia menganggukan kepala. “jang an..terl..alu...i..pi..kir.an..a..u..sud..ah..mel..upakan..nya (jangan terlalu dipikirkan aku sudah melupakannya). ”ia menggerakkan jari-jarinya. “bodoh...dasar kau bodoh viorta!!!”aku merutuki diriku sendiri. “a...yo, b..us nya su...dah dat..ang..”. (ayo, busnya sudah datang) Aldo berjalan kedepanku, akupun mengikutinya dari belakang dengan masih merutuki diri. ® 2 bulan sudah aku mengenal Aldo, aku semakin akrab dengannya, ia bukan hanya baik dan tampan, ia juga sangat rendah hati dan menyenangkan. Setiap hari ia selalu menjemput dan mengantarku kesekolah (baca: naik bus). semenjak mengenal Aldo, aku menjadi tahu bahasa-bahasa isyarat yang dipergunakan untuk berbicara dengan orang tuna rungu, tapi jika aku masih kesulitan, ia menuliskannya di kertas. “plok...plok...plok...” aku menoleh pada arah tepukan itu, itu pasti Aldo, karena ia selalu menandakan kedatangannya dengan 3 kali tepukan. Hari ini ia akan mengajakku ke Cafe langganan kami. “ah, kau sudah datang?” bau ini, bau parfum yang sangat kukenal, setiap aku mencium bau ini, aku selalu teringat saat Aldo memelukku pertama kali, yang membuatku malu seketika. “ya, a...yo...”. (ya, ayo). Aku bergegas menghampirinya dan berjalan disampingnya. Ketika aku berjalan menuju jalan raya, mataku melihat seorang cowok dan cewek berjalan dengan mesra kearah tempat parkir, bukankah itu Vino dan....Citra! kakak sepupuku, bagaimana bisa mereka...dasar cowok bejat! Aku segera menghampirinya dan siap-siap melontarkan kata-kata pedasku ketika Aldo menarik tanganku menjauh. “lepasin!! Aldo, lepasin!!” namun Aldo masih terus menarik tanganku hingga menuju taman didekat sekolahku. Seketika itu aku langsung lunglai dan berlutut sambil menelungkupkan tangan ke mukaku, “tidak...!! jangan lagi!!” entah kenapa aku menangis tersedu-sedu saat itu, yang aku tau, hatiku sakit, sakit sekali, mungkin aku memang masih menyukai Vino, karena ia cinta pertamaku dan aku sangat menginginkannya dari dulu. Aldo memegang pundakku, dan mengulurkan sapu tangan serta selembar kertas aku tak mungkin menyerahkan semua sapu tanganku padamu kan? Ini saputangan terakhir untukmu. tolong, jangan pernah menangis lagi didepanku, aku tidak mau kau menangis, percuma saja kau menangisi orang yang telah menyakitimu. Aku menoleh padanya dan melihatnya tersenyum, lalu ia menuliskan sesuatu pada Note-nya dan memberikannya padaku. Kau mencintainya? Aku mengernyitkan alis, dan menjawab dengan menunduk. “Aku tidak tahu, tapi sepertinya aku masih mencintainya walaupun ia telah menyakitiku.” Kenapa kau tidak bisa melupakannya? Bukannya sebaiknya kau mencari penggantinya? setidaknya bisa menghapuskan perasaanmu padanya. Pertanyaan apa ini? “Aku tidak tahu, Al. Tapi sepertinya sangat sulit melupakannya, karna, yah...kau tau, sangat sulit mendapatkannya saat itu.” Aku mendengar desahan panjang dari Aldo. Jika sesuatu terjadi padanya, apa yang akan kau lakukan? Maksudku, jika seumpama ia tidak ada didunia ini atau disisimu..., yah..kau tau.. Aku mengerutkan kening semakin dalam, ah..ini hanya pertanyaan biasa kan. “Aku tidak akan merelakannya pergi, dan jika ia tidak ada sekalipun, aku tidak akan melupakannya, karna aku mencintainya, selalu...” Lagi-lagi Aldo menghembuskan nafas panjang, dan kali ini lebih berat. Aku tahu, aku tidak akan membuatmu kehilangannya... Sore itu kami membatalkan rencana kami dan duduk diam dengan pikiran masig-masing. ® Vino : Aku rindu padamu Aku mengerjap 2 kali setelah mendapat sms dari Vino,apa benar ia rindu padaku? Hatiku terlonjak gembira dan mengetik sms pada Aldo. Al, dia sms aku!Vino! Dia sms aku! Dia blg dia rindu padaku, aku seneng bgt, Al :D 5 menit kemudian, Bagus kalo bgt, setidaknya kau tdk menangis lg spt minggu lalu, jd kembalikan 3 saputanganku :p Ah, Aldo. Sahabat yang selalu ada saat aku membutuhkannya... Ternyata kau sangat pelit. Iya, Akan kukembalikan, jam 10 di Cafe biasanya yah. Oke, jam 10 di Cafe Thania. Aku bergegas menuju kamar mandi dengan bersenandung gembira. ® Aku menceritakan kejadian tadi pagi yang berhubungan dengan Vino dan teleponnya yang tak terduga, Aldo tersenyum dan sesekali menanggapi dengan anggukan. “ah, senangnya hari ini.” Aku kembali membayangkan pagi tadi ketika Vino menyapaku dengan suara khasnya yang lembut dan dia masih memanggilku dengan nama itu, Vio... “Vio!! tidak disangaka bisa bertemu denganmu disini”. Aku menoleh dan melihat Vino berdiri dibelakangku. “ah, ya, sangat kebetulan”. Aku tidak menyangka bertemu dengannya disini. “loh, kau kan...” Vino menatap Aldo lekat. “Ta, se..per..ti..nya ak..u ha..rus per..gi, a..da yang ha..rus ak..u ker..jakan”. (Ta, sepertinya aku harus pergi, ada yang harus aku kerjakan). Aldo berdiri dan apa itu? Tangannya mengepal dan tatapannya seperti tidak suka pada Vino. “oh begitu? Urusan mendadak lagi? Oke. Hati-hati yah”. Sekali tatap saja aku tau jika ia berbohong, karna ketika ada urusan mendadak, ia akan menghabiskan waktu setidaknya 10 menit denganku sebelum pergi, tapi untuk kali ini saja, aku ingin cepat menghabiskan waktuku dengan Vino. Aldo mengangguk dan meninggalkan kami, tapi sebelum keluar Cafe aku sempat melihat Aldo menggunakan isyarat mata yang tidak kumengerti pada Vino. ® Kmn saja kau? Knp kau tdk pernah menjemput dan menghubungiku lg? Kau sdh bosan padaku, hah? 3 hari Aldo tidak pernah menghubungi lagi. Hal itu sangat membuatku khawatir, karna ia tinggal di Apartemen sendiri, dan bodohnya aku tidak pernah menanyakan alamatnya!. Padahal baru 3 hari, tapi aku sangat merindukannya, aku slalu teringat wajahnya, tingkah lakunya, semuanya! Dan aku bisa gila jika tidak segera bertemu dengannya. Semakin hari rasa ini bertambah dan akan meluap keluar ketika 1 minggu ia tidak juga menghubungiku. Begitupun Vino, ia juga tidak pernah menghubungiku lagi, kenapa mereka menghilang secara bersamaan? tapi kenapa aku selalu teringat pada Aldo, bukan Vino? Sepertinya ada yang salah disini, apa karna Aldo selalu ada dan menemaniku setiap waktu atau..entahlah, tapi aku rasa bukan hanya itu, apa aku mulai mencintai...ah! tidak mungkin, aku hanya mencintai Vino. Tapi semakin aku berpikiran begitu, hatiku selalu menolak Vino dan menarik Aldo. Benar-benar gila! Hari ke 14 , aku menemukan sebuah Note yang ditempelkan pada kotak suratku. Apa kabarmu, ta ? maaf aku tidak menghubungimu, kau tau, aku sangat sibuk akhir-akhir ini, dan Hpku sedang rusak, bagaimana kabarmu ? Aldo! Syukurlah ternyata dia baik-baik saja. Aku segera mengambil pena dan kertas untuk membalas Note-nya. Hey! Kau tau, kau sudah membuatku khawatir setengah mati, untung kau baik-baik saja. Kabarku tidak akan baik-baik saja ketika kau meninggalkanku!! Saat itu kami berkomunikasi dengan Note setiap harinya. sepertinya ia menempelkannya ketika malam hari, agar aku tidak mengetahuinya, dan sepertinya ia juga menyembunyikan sesuatu dariku. Aku ingin bertemu denganmu, Al. Aku...rindu padamu, entahlah, perasaanku semakin tidak karuan jika tidak melihatmu... Pesanku suatu hari, karena aku tidak bisa membendung perasaanku, aku ingin bertemu dengannya! Harus!, Namun sampai 3 hari Note-ku belum juga dibalas Aldo, hingga aku harus menyalin 3 kali karena hujan November yang turun tanpa diduga. ® Aku duduk diteras jam 9 malam, aku bertekad akan menunggu hingga menemui Aldo. Aku sudah tidak bisa menahan perasaanku lagi, semakin hari semakin bertambah dan bergejolak. “hey, kau...tunggu! sepertinya aku mengenalmu!! Tunggu ! hey!”. Aku segera berlari mendengar suara teriakan dan langkah kaki orang menjauh. “Citra, ada apa?” aku menjajari langkah Citra yang berlari mengejar seseorang. “aku...tidak tahu, ketika aku berjalan menuju rumahmu aku bertemu seseorang dan sepertinya aku mengenalnya, tapi ia tiba-tiba lari ketika melihatku, kalau tidak salah namanya..Aldo, ya Aldo!”. Citra nampak kelelahan berlari. “Aldo?” aku segera mempercepat lariku, meninggalkan Citra dan mengikuti sosok tinggi tegap didepanku. “Aldo! Tunggu! Ini aku!”. Namun Aldo masih terus berlari, apa ia tidak memakai alat pendengarnya? Ketika panggilan kelima, Aldo berhenti berlari, menoleh, dan tersenyum padaku, Tuhan...aku sangat rindu senyuman itu. Aku tersenyum, dan berjalan mendekat padanya, namun dari kejauhan tampak mobil yang melanju sangat cepat, “Aldo! Awas!!!” teriakku diiringi bunyi klakson yang sangat keras. Namun Aldo masih bergeming dan tetap tersenyum padaku. “Aldo, cepat minggir!!” aku menggerakkan tangan mengisyaratkannya menjauh dari situ, tapi terlambat, mobil itu telah menerjang Aldo hingga badannya menggelinding disampingku.“siapa saja, tolonggggg....!!!!” ® Aku berlari mengikuti para suster yang mendorong tubuh Aldo yang berlumuran darah. Mereka melarangku masuk ketika aku ingin menemaninya. Pertemuan yang salah! Aku menangis membayangkan pertemuanku dengan Aldo yang berakibat seperti ini, aku hanya ingin melihatnya, tapi waktu tidak merestui kami. “tidak apa, ia pasti baik-baik saja”. Tiba-tiba seseorang menepuk pundakku dan tersenyum lembut. “citra?”aku memeluknya dan menangis di pundaknya. “kau berutang penjelasan padaku, Citra.” “ya, aku tahu. Aku akan segera menjelaskannya padamu”. Namun ketika Citra akan menjelaskan semuanya, salah satu suster menyuruhku kedalam, Aldo ingin bertemu denganku. Aku segera masuk dan menemukannya terbaring dan tersenyum padaku. Ia menyerahkan sesuatu kertas padaku dengan tulisannya yang berantakan, karena tangannya masih tidak bisa digerakkan dengan baik. Jangan menangis,karena aku tidak akan memberimu sapu tangan lagi. Kau sudah berjanji untuk tidak menangis dihadapanku, bukan?. Aku tidak tau apakah ini waktu yang tepat untuk mengatakannya, tapi aku... “men..cin...tai...mu, Vi..or..ta”. (mencintaimu, Viorta). Aldo mengucapkannya sambil tersenyum. Aku mendongak dan melihatnya meneteskan air mata, aku juga Aldo, aku juga!, namun kata-kata ini seperti menyangkut di tenggorokanku. “Dokter! Keadaanya kritis...kita harus segera melakukannya”. Para dokter terlihat sibuk dan salah satu suster menyuruhku untuk menunggu diluar. 3 jam...2014 Wish, aku ingin Aldo ada disisiku, aku ingin Aldo baik-baik saja, karna aku belum sempat mengucapkan jawabanku padanya 6 jam....2014 Wish, aku mohon, untuk kali ini saja kabulkanlah doaku, aku tidak akan mengharap lebih! Aku berjanji. 8 jam...2014 Wish, aku ingin Desember dan akhir 2013 ini bisa diiringi kebagiaan, bukan tangis. 9 jam...“maaf, kami sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi nyawanya tidak bisa tertolong lagi...”. seketika duniaku menjadi gelap! ® “saya ingin berbicara pada anda, seharusnya saya sudah berjanji, namun saya ingin anda tahu yang sebenarnya.” Dokter memanggilku keruangannya dengan ditemani oleh Citra. “apa itu?” setelah mendengar berita Aldo, nyawaku serasa hilang separuhnya. “kecelakaan itu terjadi ketika Saudara Aldo tidak memakai alat pendengarannya, dan setelah dibawa kemari, ia meminta kami untuk menyumbangkan salah satu ginjalnya untuk Saudara Vino”.aku tertegun dan menoleh pada Citra. Ia sepertinya mengetahui semuanya. “kami sebenarnya sangat keberatan, namun ia memaksa dan merasa percuma saja hidupnya diperjuangkan, karena kemungkinannya sangat tipis, juga saat itu ia dalam keadaan sekarat. Ini pesan singkat yang ditulisnya.” Aku mengambil pesan dengan sisa-sisa keterkejutanku. Kau percaya Reinkarnasi, Viorta? Aku mencintaimu... “Vino, ia terserang penyakit ginjal dari dulu, salah satu ginjalnya tidak dapat berfungsi, ia menyembunyikannya darimu karna ia tidak mau kau kecewa padanya. Tentang hubungannya dengan Nara, itu hanya karangan Vino, dan Nara memeanfaatkan kesempatan ini. Tapi setelah beberapa hari, Vino tidak bisa membendung rindu padamu, ia sangat mencintaimu, maka dari itu ia kembali padamu saat itu. Soal Aldo, Aldo adalah adik tiri dari Vino, namun ia ingin hidup sendiri, karena ia merasa tidak bisa hidup bersama dengan mama Vino. Ia tidak menemuimu waktu itu karena ia harus menemani Vino dan membiayai biaya rumah sakitnya, kau tau, ia sudah menjual apa saja, termasuk HPnya untuk biaya rumah sakit ini, perusahaan ayahnya mengalami masalah, jadi ia yang menanggung semuanya dan ternyata ini jalan yang dipilihnya. Satu lagi, dari tatapannya aku sudah bisa mengetahui kalau Aldo sangat mencintaimu, mungkin dari dulu”. Aku berlutut, air mata turun satu persatu. Aldo, kenapa kau tidak pernah mengatakannya padaku.. “Jika sesuatu terjadi padanya, apa yang akan kau lakukan? Maksudku, jika seumpama ia tidak ada didunia ini atau disisimu..., yah..kau tau.”. “Aku tahu, aku tidak akan membuatmu kehilangannya...” tiba-tiba aku aku teringat kata-kataku dengannya waktu itu, dulu aku berbicara seperti itu karena aku masih mencintai Vino, tapi sekarang aku sadar, aku mencintai Aldo, bukan Vino. Dan biarkan aku menangis, aku berjanji tidak menangis didepanmu, namun biarkan aku menangis dibelakangmu. “Aldoooo!!!”. ® Aku berlutut didepan gundukan tanah yang bertuliskan Aldo Siantra Reynaldi dengan ditemani Vino disampingku. 2014 wish, aku ingin ia baik-baik saja disana, 2013 wish, aku ingin ia bahagia disana, 2014 wish, aku ingin ia tau bahwa aku selalu mencintainya, 2014 wish, ini adalah akhir tahun 2013 tersuram dihidupku... “ka..kak se..dang ap..a di...si..ni?” (kakak sedang apa disini?). aku menoleh pada anak kecil disebelahku. Aldo, sekarang aku percaya Reinkarnasi. -END-

Maaf, aku menyayangimu

Diposting oleh Unknown di 18.53 0 komentar
Kenapa harus dengannya? Tidak bisakah kau menyukaiku juga? Bukankah wajahnya sama denganku? Kisah ini ketika aku masih SMP dan masih lugu. Aku adalah seorang yang agak pendiam waktu itu, lebih suka menghabiskan membaca buku dan merenung berjam-jam daripada berkumpul dengan teman lainnya. Aku duduk sebangku dengan Susi, ia sangat pendiam dan pintar, bisa dibayangkan kan orang pendiam didekatkan dengan orang pendiam juga? Pendiam besar!. Walaupun begitu kami selalu menjaga komunikasi, walaupun itu hanya sepatah dua kata, tapi aku nyaman menjalaninya. Kira-kira pada bulan juni, pertemuanku dengannya dimulai. Saat aku akan ke kamar mandi sekolah, ada kakak kelas perempuan berkata padaku, “dek, ada anak yang suka kamu. Besok kamu tunggu suratnya.” Sontak pipiku merah seperti kepiting rebus saat itu. dan esoknya ternyata ada surat cinta yang dititipkan kakak kemarin padaku. Baru kali ini aku menerima surat cinta yang diberitahukan sebelumnya, biasanya surat cinta yang ku terima selalu terselip di tas ataupun diserahkan langsung padaku, entah surat cinta keberapakah ini. Sungguh unik cowok ini, pikirku waktu itu. dalam suratnya yang pertama, ia memintaku menemuinya besok dibelakang pasar kota jam 2 sore. Aku terlonjak kaget, aku tidak pernah ketemuan dengan cowok sebelumnya! Bagaimana ini?. esoknya sepulang sekolah aku bingung harus menemuinya atau tidak, disamping aku malu, aku tidak pernah menghiraukan cowok sebelumnya, tapi yang ini rasanya berbeda, lalu pukul setengah 4 aku mencoba lewat didepan pasar kota, ternyata ia tidak ada disana! Apa ia berbohong padaku? Atau ia kelamaan menungguku? Hatiku sangat kecewa. Aku berangkat sekolah seperti biasanya, aneh, sepertinya aku merasakan ada yang mengikutiku dan mengawasiku, ah! Mungkin hanya perasaanku saja. Ketika aku kembali kekelas setelah istirahat, aku terkejut ketika melihat ada surat dalam tasku yang berisikan. “kemana saja? Aku menunggumu dan mengitari seluruh pasar kota berkali-kali, tapi kamu tidak ada disana”. itu dia! Mataku awas mengamati sekelilingku, siapa yang menaruhnya disini? Dalam tasku?. Aku belum bisa berpikir jernih ketika Guru masuk kekelas, dan selama perlajaran itu, aku tidak bisa berkonsentrasi, seperti ada yang mengawasiku, dan mengintipku di jendela sampingku. “Dek, udah tau anaknya? Namanya Radit, anak kelas delapan.” Aku dicegat oleh kakak kemarin ketika akan menuju ruang guru. “be...lum kak.” Jawabku tergagap. Dengan reflek kakak itu melambai pada seorang temannya. Oh God! Kenapa aku gemetaran?. Cowok itu menuju arah kami, aku semakin tegang. “dek, ini dia yang namanya Radit.” Aku mengawasinya tersenyum malu-malu padaku, badannya tinggi, agak putih, ganteng! Itulah kesan pertamaku. Dan dengan langkah lebar aku berlari meninggalkan mereka, entah apa yang aku lakukan, aku sering begitu jika salah tingkah dan malu. Aku berlari sekuat tenaga menyembunyikan detak jantungku. “bodoh, kau isabel!!!” rutukku dengan mengetuk kepala. Mulai hari itu aku mulai berhubungan dengannya, dia meng-sms aku, entah ia tau nomer handphone ku darimana, tapi aku senang mendapat sms darinya, ternyata ia adalah cowok yang supel dan lucu, aku merasa nyaman dengannya. Delapan sudah bulan aku masih berhubungan dengannya, tetapi kami tidak pacaran, sepertinya aku belum siap melakukan pacaran, seumur-umur aku tidak pernah pacaran, aku sangat takut dengan istilah itu. Radit mempunyai teman, Wawan dan Rama, yang juga temanku. Kebetulan Wawan dekat bahkan pacaran dengan sahabatku Vivi, dan kakak kembarku Arabel dekat dengan Rama, jadi kami sangat dekat dan selalu bersama. Tidak seperti anak SMP biasanya, kami hanya sekedar menonton dari jauh ketika mereka manggung band. Saling sapa dan pulang bersama, hanya itu. Radit menjadikan hariku lebih bewarna, ia selalu bisa membuatku senang. Pernah ia menggambar wajahku dan diletakkan dipigora (sampai sekarang masih aku tempel didinding rumahku). Ia mengatakan suka ketika melihatku memakai rok dan rambut terurai, ah! Baru kali ini ada yang mengawasiku seperti itu. Dan rasa bosan itu muncul tanpa diduga, aku bosan dengan sms-nya yang setiap detik dikirimkannya padaku, aku bosan dengan tingkahnya yang selalu memaksaku bilang sayang padanya yang sebenarnya tidak aku inginkan, aku suka padanya, tapi rasa sayang sepertinya tidak benar. Ia juga semakin hari semakin membosankan dengan tingkahnya yang seperti itu. tapi aku mencoba menyingkirkan pikiran semacam itu, aku berusaha menyayangnya juga, seperti ia menyayangikuku, dan lama kelamaan hal itu berhasil, aku mulai sayang padanya. Tapi tak tahu kenapa, sepertinya aku merasakan ada sesuatu yang...entahlah sepertinya ia menyembunyikan sesuatu padaku. Dan ternayata benar! Ada sesuatu yang salah dengannya, seperti ada petir disekitarku ketika aku tak sengaja membaca sms dia dari handphone kakakku, Arabel yang bertuliskan bahwa sebenarnya dari dulu ia menyukai kakakku, bukan aku, ia menyukaiku karena aku dulu pendiam dan seperti tidak punya teman. Ah alasan! Aku begitu marah sampai-sampai ingin membanting HP-nya, aku tahu sekarang! Rupanya ia dari dulu mengincar kakakku, tapi kakakku sudah ditaksir lebih dulu oleh temannya, Rama. Ia hanya menggunakanku untuk dekat denganku! Itulah kesimpulan yang dapat aku ambil. Aku begitu marah dan frustasi, sampai aku tidak mau bertegur sapa dengan kakakku dan memilih diam dan menangis sendiri ditempat sepi. Aku bertanya padanya, ia kaget dengan pertanyaanku, aku mengatakan padanya, tidak apa, kejar dia. Nyatakan padanya. Dan apa yang ia lakukan? Ia menuruti kata-kata ku! Bodoh! Aku berharap ia akan kembali padaku dan mengatakan padaku kalau itu hanya salah paham, tapi ia malah mengatakan cinta pada kakakku, hatiku tersayat, perih. Mengetahui itu, kakakku marah dan langsung menolaknya. Dan berita itu telah diketahui oleh semuanya, Rama marah besar, kakakku merasa tidak enak padaku, Radit bingung harus bingung karena dimusuhi Rama, dan karena aku dan kak Arabel menjauhinya. Tapi yang lebih sakit aku! Aku yang menjadi korban. Aku yang dengan bodohnya mudah dibohongi dengan kata-kata cinta dan perhatiannya selama ini, itu semua palsu. Untuk apa semuanya yang ia lakukan kalau itu hanya kebohongan?. Aku muak dengannya, muak melihat wajahnya! Aku putuskan untuk berganti nomor dan menghapus kenangannya, rasa sayang serta wajahnya dari ingatanku

Cerita Mini "When I See You Smile"

Diposting oleh Unknown di 18.30 0 komentar
Berjanjilah untuk terus tersenyum padaku... Kenaikan kelas 3 SMP waktu itu aku sangat senang, karena aku akan naik ke kelas 1 SMA. Aku melihat papan pembagian kelas. Aku masuk kelas 9F dengan.. woaa...rupanya kelasku ini bakal ada banyak cowok-cowok ganteng dan keren. Bukannya apa-apa, tapi kalau dikelas banyak cowok kerennya kan bisa melek ini mata. Hehe... Aku duduk di bangku paling depan dengan sahabatku, Vivi. Aku mengedarkan wajah kesekeliling dan tatapanku terpaku ketika melihat seorang tertawa dengan anggun, sinar matahari pagi menyilaukan wajahnya, menambah efek dramatis dan natural darinya. Pahatan wajahnya sangat sempurna. Ah! Bagaimana ada cowok seganteng itu! oke, itu konyol, tapi waktu itu aku memang merasakan hal seperti itu. aku menyimpan senyumannya yang indah itu dimemoriku. Senyuman pertamanya yang membuatku lupa diri. Aku tidak bisa berkonsentrasi akibatnya, dan tidak menyadari bahwa guru dan anak sekelas sedang memilihku menjadi bendahara dengan dia! Valen! Hari-hariku dengan Valen berjalan dengan biasa, aku hanya sekedar partnernya. Disekolah aku memang banyak dikenal dikalangan cowok dan cewek, tapi Valen lah yang lebih dikenal. Siapa saja pasti tahu dia, bukan hanya baik, dia rendah hati meskipun ia kaya. Ia juga tidak pernah membedakan teman, baginya semua sama. Ah! apa sih yang ada dalam pikiranku ketika SMP waktu itu. Tapi semakin bertambah hari aku semakin dekat dengannya, entahlah bagaimana bisa itu terjadi. Tepat seperti dugaanku! Ia sempurna luar dan hatinya! Aku sungguh beruntung bisa dekat dengannya. Aku bisa lebih dekat menikmati senyumannya. Tapi gosip-gosip murahan itu muncul. Aku digosipkan sudah pacaran dengan Valen, oke, kami dekat, tapi tidak akan mungkin bersama. Meskipun aku sudah menjelaskan berkali-kali, mereka tidak akan percaya denganku. Karena kedekatan kami sudah menjawab semuanya. Tapi syukurlah Valen tidak mengambil pusing, ia tidak mendengarkan gosip itu. sampai suatu saatnaku bertanya padanya. “kamu punya pacar?.” Tanyaku. “enggak, aku nggak mau pacaran dulu sampai lulus SMA.” Jawabnya yang entah membuat wajahku murung. “kalau kamu?” tanyanya spontan. “nggak, aku nggak punya, mantan aja nggak punya.” 1 semester kami lewati bersama, dan benih-benih cinta itu muncul tak terduga, bagaimana ini? aku jatuh cinta padanya!. Dan hubungan kami sepertinya juga berbeda, aku sering melihatnya salah tingkah ketika tertangkap basah mengawasiku, dia slalu mengikuti kemana aku pergi, ia juga lebih sering mencurahkan perhatiannya secara blak-blakan padaku, aneh, ini seperti bukan Valen yang biasanya. Tapi aku terus bersikap biasa saja, tentu saja untuk menutupi rasaku padanya. Berita mengejutkan terdengar ditelingaku, membuatku tak percaya. Mana mungkin? Valen? Tapi berita itu dikatakan oleh tetangganya, dan saudara pacarnya. Aku berlari dan menemuinya dikelas. “kenapa berbohong padaku?” aku berbicara dengan nada biasa tapi terdengar seperti kemarahan. “apa maksudmu?” katanya tak mengerti. “katamu kau tak punya pacar, tapi apa? kamu punya pacar kan?” mataku memerah, dadaku perih. Tidak tahu kenapa aku ingin menangis watu itu, tapi hatiku memang sakit. Ia diam tidak bisa menjawab, aku langsung meninggalkannya dan menuju bangkuku dan menutup mukaku, berharap bisa membuat air mata sialan ini tidak keluar. Esoknya aku mencoba menjauh darinya. Aku akan menghapusnya dari ingatanku semampuku. Aku tidak mau mengganggu hubungannya, sudah cukup sampai disini, kemarin sudah jelas. Aku diam, dan memasang wajah biasa, tapi selalu bisa membuat anak-anak berkata aku murung, aku tidak peduli! Valen mendekatiku, tapi aku menjauhinya, ia mengajakku ngobrol tapi aku pura-pura tidak mendengarnya. Sampai ia bertanya pada Vivi, “dia kenapa sih? Aneh...” Aku masih bersikap seperti itu sampai beberapa minggu selanjutnya. Aku mencoba melupakannya, tapi tidak segampang itu! entah sejak kapan ia berhasil menempati tempat dihatiku. Aku ingin marah, tapi tidak tahu harus marah pada siapa, sampai kakak kembarku bingung dengan tingkahku. Dalam waktu melupakan Valen, banyak cowok yang mendekatiku dan mencoba menjadikanku pacarnya. Mungkin kalau aku memilih salah satu dari mereka, aku akan bisa melupakan Valen, tapi ternyata perkiraanku salah, aku menyadari tidak ada yang sesempurna Valen. Ditambah lagi aku tidak pernah pacaran. Ah!! Benar-benar memusingkan! Mana senyumanmu? kenapa dengan wajahmu?. Aku merasakan sesuatu yang berbeda padanya. Sepertinya ia sedang ada masalah. Dengan siapa? Pacarnya? Hatiku perih ketika mengingat kejadian itu, rasa cemburu masuk dalam hatiku. Aku mencoba datang padanya dan menghiburnya dengan dibantu temen-temanku. Well, aku masih marah padanya, tapi kalau aku tidak melihat senyumannya, aku bisa gila! Ia bilang, ia putus dengan pacarnya. Sepertinya ia tidak bahagia dengan dia. Rasa bahagia masuk begitu saja. Ia menghabiskan waktunya denganku. Kami saling sms, dan dia mulai terang-terangan menyatakan sukanya padaku pada teman-teman! Dan pada tanggal 19 november 2010 ia menembakku lewat sms dengan kata-kata cinta yang payah, panjang dan berbelit-belit. Aku tahu ia belum ahli dalam urusan pacaran. Aku bilang padanya aku akan berpikir dulu. Padahal tanpa berpikir pun aku tahu aku akan bilang ya. Tapi aku ingin melihat keseriusannya, dan itu semua sudah menjawab keraguanku padanya, tepat tanggal 23 november 2010 kami pacaran. Hatiku sangat bahagia, aku tidak menyangka bisa memiliki Valen. Seperti mimpi saja. Seluruh sekolah gempar dengan kabar bahwa kami resmi jadian. Aku tersiksa dengan pelototan tajam dari fans-fans Valen. Sampai-sampai ada yang tidak terima dengan itu. sebaliknya, Valen juga menerima tatapan tidak suka dengan cowok-cowok yang menyukaiku. Aku tahu ini hanya cinta monyet, tapi aku benar-benar menyayanginya, bisa melihat senyumannya saja sudah menghangatkan hatiku. Dia adalah anugerah terindah yang Tuhan berikan padaku. Dan cinta monyet itu ada dari 23 November sampai sekarang...... *Berdasarkan Cerita nyata saya*

Kamis, 12 Desember 2013

Cerpen "Diary"

Diposting oleh Unknown di 17.52 0 komentar
Udara malam menyentuh kulitku perlahan, aku menunggunya hingga keluar dari tempat itu, menunggu untuk melihat wajahnya, melihat senyumannya, hidungnya, matanya, melihat...ah, sepertinya semua tentang dirinya ingin sekali kulihat. Itu dia!. Ia keluar dari tempat les piano itu, aku menatapnya lekat, tak ingin melewatkan saat-saat berharga seperti ini. Ah, dia masih setampan hari kemarin, minggu kemarin dan bulan kemarin . aku harus kesini lagi, sepertinya aku belum puas memandanginya 10 bulan ini. Aku masih ingin terus, terus dan terus menikmati wajahnya yang teduh itu. 1 Oktober... Diary, Kali ini aku menunggunya tepat di depan pintu les pianonya, aku ingin melihatnya dari dekat. kau tau, lututku bergetar hebat ketika melihatnya keluar dari sana, Ia menatapku dan tersenyum lembut padaku, Tuhan, serasa aku terbang diawan. 3 Oktober... Diary, seperti kemarin, aku menunggunya ditempat biasa, aneh, kenapa jam segini ia belum keluar? Padahal ini sudah terlalu malam, sudah 5 jam aku menunggunya disini. Aku hampir saja meninggalkan tempat itu ketika ia berjalan keluar dari tempat itu dengan wajah lesu dan sedih, kenapa dengan wajahnya?. Ry, entah kenapa, tapi melihatnya seperti itu, tiba-tiba aku merasa sakit dan nyeri. 10 Oktober... Argh!! aku ingin bertemu dengannya, aku sudah kangen setengah mati padanya! Tapi tugas-tugas terus menumpuk, terpaksa aku harus menahan bertemu mr. Charmingku, sialll! 11 Oktober... Aku menunggunya lagi, tapi hingga larut aku tidak menemukannya. Sepertinya ia sudah pulang. 01 November... Diary, aku kehilangan wajah tampannya beberapa minggu ini, kau tau dimana dia, Ry? Ah, kau hanya bisa mendengarku! Kadang aku ingin kau berbicara bukan hanya mendengar curhatanku!!. Lihat! Aku sudah gila sekarang. 05 November... Aku tidak tahu kenapa, tapi hatiku semakin tidak karuan karenanya. Sudah hampir 1 tahun ini aku memperhatikannya, Aku tidak mungkin menyimpan ini terus menerus kan?. Aku harus melakukan sesuatu malam ini, ya. Harus! Sekarang atau tidak selamanya. © Malam ini aku menghampirinya dengan membawa sebuah kertas yang bertuliskan “aku mencintaimu” dibelakang punggungku. Ia mengetahui kedatanganku dan tersenyum. “hey, kau masih saja menunggu disana, mencari seseorang?, Sebagai kakak aku harus menjagamu bukan?”. Aku menatapnya bingung. “ah, maksudku calon kakak, bukannya kau akan menjadi adikku?” ia tersenyum lembut. Kenyataan itu telak menghantamku, bagaimana bisa? Aku jatuh terduduk dan memegang dadaku, sakit!. Aku terisak perlahan, tidak mungkin. Ia akan menjadi pacarku! Bukan menjadi kakakku! “hey? Kau tak apa?” Mr. Charming berlutut dan memegang pundakku, tapi aku menepisnya dengan kasar. Aku berlari meninggalkannya dengan terisak. dan Membiarkan kertas yang aku bawa menghilang begitusaja. © 18 November... Aku tinggal satu rumah dengan Mr. Charmingku. Setiap kali aku bertemu dengannya aku memasang wajah seolah-olah aku tidak suka padanya, kautahu? aku melakukannya agar ia tidak tahu perasaanku yang sebenarnya. “hey Kristy! aku ingin berbicara denganmu!”. Ravi, Mr. Charmingku memanggilku. Aku menoleh padanya dan memasang wajah tak suka. “kenapa kau seperti tidak menyukaiku? Kau tak pernah berbicara padaku, kau slalu diam dan lebih senang berbicara pada Diary itu daripada aku!!.” Aku melotot padanya. “bicaralah padaku, aku ingin mendengar suaramu.” Katanya memelas. Aku mengambil kertas serta pulpen, menuliskan sesuatu dikertas itu dan memperlihatkan padanya. “AKU TIDAK BISA BERBICARA! AKU TIDAK PUNYA PITA SUARA, TAK TAUKAH KAU DARI AYAHKU?”. Ia tampak terkejut, namun aku tidak mempedulikannya. Aku berlari ke kamar, menutup pintu dengan keras dan menangis sejadinya. © Aku keluar kamar untuk mengambil minuman, dan tak percaya ketika melihat Ravi tidur dengan...memeluk diaryku!. Aku menghampirinya, mengambil buku dari pelukannya, dan membukanya, aku terkejut melihat isinya. 1 Oktober... Aku melihatnya didepan pintu les pianoku, aku memberikan senyum padanya, ia nampak gembira, dan seperti terbang ke awan. 3 Oktober... Aku pulang terlambat, karena pertunjukanku akan dilaksanakan sebentar lagi, tapi malam itu aku terus menerus melakukan kesalahan, hingga semuanya memarahiku. Ketika aku keluar, aku melihatnya menatap prihatin padaku. 10 November... Aku tidak menemukannya menunggu didepan lagi, entah kenapa hatiku terasa hampa ketika aku tidak melihat wajah cantik dan lugu itu duduk dibangku panjang dekat taman itu. 11 Oktober... Aku berlatih dan terus berlatih hingga hampir pagi, aku memang berlatih seorang diri, agar aku bisa maksimal tampil dalam pertunjukan yang aku cita-citakan dari dulu, namun ketika aku keluar, ia masih tidak ada disana. Bodoh! Ini kan sudah dini hari! 01 November... Pertunjukanku dilaksanakan beberapa minggu, karena aku harus melaksanakan pertunjukan di 5 kota. Dalam waktu selama itu aku sangat merindukannya dan bisa gila jika tidak melihatnya. 05 November... Malam itu aku akan menyatakan perasaanku, namun aku gugup dan tidak sanggup berbicara, jadi aku katakan saja kalau aku akan menjadi kakaknya, karena memang seperti itu sebenarnya. Aku melihatnya menangis dan melihat sebuah kertas jatuh dalam genggamannya, yang bertuliskan, Aku Mencintaimu. Aku tertegun melihat tulisan Ravi, ia menjawab setiap diary yang aku tulis! Aku mengangkat wajah dan melihat Ravi menatapku hangat. Aku memeluknya dan menangis sejadinya. Biarkan aku menumpahkan rasa ini padanya, untuk kali ini saja. Besok aku akan menerimanya sebagai kakak tiriku. Karena takdir lebih kuat dari cinta. takdir tidak mengijinkan kita bersatu.

Sabtu, 09 November 2013

Perbandingan akuntansi manajemen dan akuntansi keuangan

Diposting oleh Unknown di 19.04 0 komentar

Perbandingan akuntansi manajemen dan akuntansi keuangan

Perbedaan antara akuntansi manajemen dan akuntansi keuangan termasuk:
  1. Akuntansi manajemen memberikan informasi kepada orang-orang dalam suatu organisasi sedangkan akuntansi keuangan terutama bagi mereka yang di luar itu, seperti pemegang saham
  2. Akuntansi keuangan diperlukan oleh hukum sedangkan akuntansi manajemen tidak. Standar khusus dan format mungkin diperlukan untuk akun hukum seperti dalam Standar Akuntansi Internasional di Eropa.
  3. Akuntansi keuangan meliputi seluruh organisasi sedangkan akuntansi manajemen mungkin lebih fokus kepada produk tertentu atau pusat biaya.
Akuntansi manajerial digunakan terutama oleh orang-orang dalam sebuah perusahaan atau organisasi. Laporan dapat dihasilkan untuk setiap periode waktu seperti harian, mingguan atau bulanan. Laporan dianggap "mencari masa depan" dan telah meramalkan nilai bagi mereka yang ada di dalam perusahaan.
Akuntansi keuangan digunakan terutama oleh orang-orang di luar perusahaan atau organisasi. Laporan keuangan biasanya dibuat untuk jangka waktu yang ditetapkan, seperti tahun fiskal atau periode. Laporan keuangan secara historis faktual dan memiliki nilai prediktif untuk mereka yang ingin membuat keputusan keuangan atau investasi dalam suatu perusahaan.
Akuntansi manajemen adalah cabang akuntansi yang terutama berkaitan dengan laporan keuangan rahasia untuk penggunaan eksklusif dari manajemen puncak dalam sebuah organisasi. Laporan ini dibuat dengan menggunakan metode ilmiah dan statistik untuk sampai di nilai moneter tertentu yang kemudian digunakan untuk pengambilan keputusan. Laporan tersebut dapat meliputi:
  • Laporan perkiraan penjualan
  • Analisis anggaran dan analisis komparatif
  • Studi kelayakan
  • Laporan konsolidasi dan merger
Akuntansi Keuangan, di sisi lain, berkonsentrasi pada produksi laporan keuangan, termasuk persyaratan pelaporan dasar profitabilitas, solvabilitas likuiditas, dan stabilitas. Sifat laporan ini adalah dapat diakses oleh pengguna internal dan eksternal seperti pemegang saham, perbankan dan para kreditur.